Repihan Pabrik Gula Buduran, Mozaik Revolusi di Tepian Jalan Raya Pos

By National Geographic Indonesia, Selasa, 14 Juni 2022 | 13:00 WIB
Meraba jejak Daidan III PETA Buduran, bekas pabrik gula di tepian Jalan Raya Pos. Pabrik Gula Buduran memiliki kisah ketika pemuda-pemuda Indonesia menempa pendidikan militer. (Rudi Julis)

Di Daidan Buduran ini terdapat para pelatih Jepang, diantaranya terdapat tiga perwira dan dua bintara. Salah satu yang terkenal diantaranya adalah Letnan Taniguchi, seorang sarjana sejarah yang terkena wajib militer. Ia dikenal sebagai seorang yang terpelajar dan berwawasan luas, para perwira PETA menaruh rasa hormat padanya. Ketika revolusi pecah di Surabaya, ia turut bertempur melawan Inggris dan Belanda. ( Wawancara Drs Moehkardi dengan Kadim Prawirodirjo tanggal 1 November 1988 ). 

Pada bulan-bulan pertama berdirinya Daidan/Batalion PETA Buduran, kesibukan mereka diantaranya adalah merekrut para prajurit PETA yang berasal dari wilayah sekitar markas, yaitu desa-desa di wilayah Sidoarjo dan sekitarnya. Mereka dilatih oleh para anggota PETA yang telah mendapatkan pendidikan dari Jepang sebelumnya. 

Hubungan antara PETA dengan pasukan Jepang bukan berarti bisa dikatakan berjalan harmonis dengan keberadaan Letnan Taniguchi. Ketika ofensif Sekutu makin menghebat, PETA Buduran mendapatkan tugas dari Jepang untuk mempertahankan perkubuan di kawasan pegunungan Pacet dan muara Kali Porong. Guna membuat perkubuan ini, tenaga romusha dikerahkan. Anggota PETA yang melihat bagaimana perlakuan tentara Jepang kepada rakyat yang dijadikan pekerja paksa mendidih darahnya. Mereka menyaksikan bagaimana rakyat yang diperlakukan dengan keras, tidak manusiawi bahkan hingga berujung kematian, membuat beberapakali anggota PETA nyaris bentrok dengan pasukan Jepang.

   

Baca Juga: Karya Sastra Kasih Tak Sampai Berlatar Pabrik Tegel di Tepian Jalan Raya Pos

Baca Juga: Susuri Jalan Raya Pos, Singkap Selimut Fakta dan Fiksi Daendels

Baca Juga: Mengapa Jalan Raya Pos Berbelok Melewati Bogor, Cipanas, dan Bandung?

Baca Juga: Jelajah Tiga Zaman Jalan Raya Pos, Mengungkap Sisi Lain Histori Kota

    

Usia Daidan III Buduran Sidoarjo memang singkat. Namun dalam usia yang singkat tersebut, tempat bersejarah ini telah memberikan sumbangan yang luar biasa bagi tanah air. Dari tempat ini semangat para pemuda sekitar digembleng, diberikan pengalaman kemiliteran hingga tumbuh rasa cinta pada Republik yang baru lahir.

Semoga, kelak kawasan ini dijadikan kawasan yang berstatus cagar budaya, yang keutuhan bangunannya dilindungi oleh undang-undang. Lebih dari itu semoga tempat ini bisa menjadi rujukan wisata sejarah bagi generasi muda, agar memori kolektif akan leluhur mereka tetap terjaga.

Kami meneguk kopi penghabisan, kemudian berpamitan untuk melanjutkan perjalanan menysuri kisah-kisah di tepian Jalan Raya Pos.

Pada 25 Mei 2022, Jelajah Tiga Zaman Jalan Raya Pos bermula. Perjalanan dengan dua jentera ini berawal dari Anyer, menyinggahi beberapa kota dan berakhir di Panarukan. Perhelatan ini merupakan program #SayaPejalanBijak yang menggandeng Intisari dan National Geographic Indonesia, serta didukung oleh Royal Enfield. Simak jurnal hariannya di akun Instagram @SayaPejalanBijak dan @IntisariOnline.