Kompleksitas Alkohol di Masa Romawi, Simbol Kekuasaan hingga Moralitas

By Sysilia Tanhati, Rabu, 15 Juni 2022 | 15:00 WIB
Kompleksitas hubungan orang Romawi dengan alkohol dapat menunjukkan wawasan budaya yang menarik (Thomas Couture/Musée d'Orsay)

Di abad ke-3 Sebelum Masehi, perilaku boros para elit memprihatikan masyarakat Romawi. Misalnya Politisi Lucius Lucullus menghabiskan banyak uang untuk jamuan makan, hiburan, dan minum.

Cara seseorang mengonsumsi alkohol menunjukkan karakternya. Orang-orang seperti Pompeius terkenal karena ketenangannya. Sedangkan Cataline yang terkenal jahat digambarkan sebagai orang yang putus asa, sarat dengan minuman dan hutang. Cicero menyerang Marc Anthony sebagai pemabuk yang menenggak anggur dari fajar hingga senja. “Sangat brutal untuk ukuran zaman itu,” tulis Campbell.

Kebiasaan minum para kaisar bahkan diteliti. Augustus terkenal sebagai peminum yang sederhana, meskipun Tiberius menyukai anggur sejak awal masa militernya. Claudius menyukai snifter dan akan memaksakan dirinya untuk muntah dengan bulu untuk minum lebih banyak. Nero, seorang peminum sejati, 'tidak pernah terlalu sakit untuk menolak secangkir anggur'.

Bagaimana dengan wanita Romawi yang suka minum anggur? Ini mengkhawatirkan orang Romawi patriarkal. Hukum Republik awal melarang wanita untuk minum alkohol. Di masa itu, seorang wanita bahkan bisa dibunuh oleh suaminya karena minum tanpa izin. Plinius bahkan menuliskan kisah di mana perempuan dihukum, dibatasi, atau dedenda jika ketahuan mengonsumsi alkohol.

Melindungi perempuan dari anggur sama pentingnya dengan melindungi kehormatan keluarga. Dan ini harus dilakukan oleh Pater Familias atau laki-laki kepala rumah tangga.

Alkohol, aspek penting praktik keagamaan dan pengobatan

Alkohol merupakan pusat dari upacara dan perayaan keagamaan. Penyembahan dewa anggur Romawi kuno Bacchus menyebabkan masalah nyata pada tahun 186 Sebelum Masehi. Ini menimbulkan kepanikan moral di antara orang Romawi kuno. Perayaan melibatkan tarian liar di malam hari, minuman keras, dan perilaku seksual yang tak terhindarkan. Bahkan para wanita pun boleh ikut serta.

   

Baca Juga: Minum Sedikit Alkohol Bermanfaat Bagi Jantung Ternyata Tidak Benar

Baca Juga: Bak Pisau Bermata Dua, Makanan dan Alkohol Hancurkan Kekaisaran Mongol

Baca Juga: Batu Bergambar Penis Romawi Kuno Ditemukan di Dekat Tembok Hadrian

Baca Juga: Kebutuhan Sehari-hari, Barang Mewah dan Eksotis Dijual di Pasar Romawi

    

Melibatkan anggur dan wanita, kultus ini menjadi tantangan moral bagi nilai-nilai Romawi yang konservatif.

Festival keagamaan lainnya menempatkan alkohol sebagai pusat praktik. Di antaranya, festival Bona Dea (Dewi yang Baik) adalah perayaan minum-minum yang terkenal buruk. Festival musim dingin Saturnalia juga melibatkan minuman keras. Itu adalah saat di mana para budak memiliki kesempatan untuk dilayani oleh tuan mereka.

Dalam pengobatan, anggur penting bagi orang Romawi kuno. Tabib Galen menggunakan anggur untuk mendisinfeksi luka para gladiator. Galen dan Celsus merekomendasikan anggur sebagai pembunuh rasa sakit yang efektif.

Anggur Romawi juga bermanfaat sebagai obat pencahar, pencernaan dan manfaat restoratif, seperti anggur dari Surrentum dan anggur Falernian.

Kompleksitas hubungan orang Romawi dengan alkohol sangat menarik. Alkohol bisa dianggap tidak bermoral, tapi di sisi lain bisa menyembuhkan. Ini tergantung dari sisi mana kita melihatnya.