Jejak Raja Islam di Imogiri Tak Lepas dari Budaya Jawa-Hindu

By Galih Pranata, Minggu, 19 Juni 2022 | 08:00 WIB
Masjid Pajimatan Imogiri atau Masjid Sultan Agung Hanyokrokusumo adalah masjid yang terletak di Desa Pajimatan, Kelurahan Wukirsari, Kecamatan Imogiri yang bernuansa Jawa klasik. (Fandy Aprianto Rohman/Wikimedia Commons)

 Baca Juga: Kesenian Ketoprak: Dari Surakarta ke Yogyakarta untuk Semua Warga

 Baca Juga: Sang Sultan dan Tamansari dalam Catatan Perempuan Eropa Abad Ke-19

Penempatan lokasinya yang terletak diperbukitan juga cenderung mengadopsi kebudayaan Hindu yang menempatkan bukit sebagai tempat suci yang dekat dengan sang pencipta.

Budaya Jawa-Hindu terasa begitu kental terasa di dalam Kompleks Makam Imogiri. Terlebih dengan suasana magis karena kompleks makam ini dianggap suci dan dikeramatkan atau sakral.

Gambar tangga Imogiri yang diambil di samping masjid pemakaman (sebelah kiri) pada saat wafatnya Pakubuwana X tahun 1940-an. (TROPENMUSEUM COLLECTION)

Menurut Nindyasti, "arsitektur makam yang menerapkan gaya arsitektural Jawa seperti candi Hindu, juga membuat suasana makam Islam terlalu minor dibandingkan dengan suasana kental Jawa-Hindu."

Hal itu tidak lepas dari adanya air suci empat tempayan yang didapat dari pengaruh Sriwijaya yang kemudian digunakan Sultan Agung untuk berwudhu.

Begitupun arsitektur Islam yang dapat dilihat dari masjid di sekitar kompleks makam, masih menggunakan konsep joglo yang sederhana, sesuai dengan budaya Jawa.