Polusi Minyak di Lautan Dunia, 90 Persen Tumpahan Adalah Ulah Manusia

By Ricky Jenihansen, Sabtu, 18 Juni 2022 | 12:00 WIB
Tumpahan minyak di lautan. (Pinterest)

Nationalgeographic.co.id - Tim ilmuwan Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok yang memetakan polusi minyak di seluruh lautan di Bumi telah menemukan bahwa lebih dari 90 persen tumpahan minyak kronis berasal dari sumber manusia. Proporsi tersebut jauh lebih tinggi daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Penelitian tersebut merupakan pembaruan besar dari penyelidikan sebelumnya terhadap polusi minyak laut. Laporan penelitian telah diterbitkan di Science dengan judul "Chronic oiling in global oceans" pada 16 Juni 2022.

Untuk diketahui, penyelidikan sebelumnya memperkirakan polusi minyak di lautan sekitar setengahnya berasal dari sumber manusia dan setengahnya lagi dari sumber alami.

"Yang menarik dari hasil ini adalah seberapa sering kami mendeteksi tumpahan minyak terapung ini—dari pelepasan kecil, dari kapal, dari pipa, dari sumber alami seperti rembesan di dasar laut dan kemudian juga dari area di mana industri atau populasi menghasilkan limpasan yang mengandung minyak terapung," kata Ian MacDonald, profesor di Departemen Ilmu Bumi, Kelautan, dan Atmosfer di Florida State University dan rekan penulis makalah.

Tumpahan minyak adalah lapisan tipis minyak mikroskopis di permukaan laut. Dapat disebabkan oleh tumpahan minyak besar-besaran, tetapi juga diproduksi secara luas dan terus-menerus oleh aktivitas manusia dan sumber-sumber alam.

Tumpahan minyak laut dapat dikaitkan dengan rembesan alami atau pembuangan antropogenik. Sampai saat ini, gambaran global dari distribusi mereka dan kontribusi alami dan antropogenik relatif masih belum jelas.

Peta yang menunjukkan tempat para peneliti mengamati tumpahan minyak dari 2014 hingga 2019 di seluruh dunia. (Ian MacDonald/Florida State University)

Lapisan-lapisan minyak berumur pendek ini terus-menerus digerakkan oleh angin dan arus laut. Sementara ombak memecahnya, membuat penyelidikan menjadi sulit.

"Temuan kami mengungkapkan bahwa kontribusi antropogenik (bencana yang disebabkan oleh manusia) saat ini terhadap polusi minyak laut mungkin telah diremehkan secara substansial," tulis peneliti dalam laporannya.

Untuk menemukan dan menganalisisnya, tim peneliti menggunakan kecerdasan buatan untuk memeriksa lebih dari 560.000 gambar radar satelit yang dikumpulkan antara tahun 2014 dan 2019. Hal itu memungkinkan mereka untuk menentukan lokasi, tingkat, dan kemungkinan sumber polusi minyak kronis.

 Baca Juga: Gaylord Nelson, Tumpahan Minyak, dan Sejarah Gerakan Hari Bumi

 Baca Juga: Saat Ini, Lautan Dunia Kehilangan 'Ingatan' Akibat Perubahan Iklim

 Baca Juga: Manusia Telah Melanggar Hukum Kekuatan Alam yang Mengatur Lautan Bumi

Bahkan sejumlah kecil minyak dapat berdampak besar pada plankton yang membentuk dasar sistem makanan laut. Hewan laut lainnya, seperti paus dan penyu, terluka ketika mereka menyentuh minyak saat mereka naik untuk bernapas.

"Teknologi satelit menawarkan cara untuk memantau polusi minyak laut dengan lebih baik, terutama di perairan di mana pengawasan manusia sulit dilakukan," kata Yongxue Liu, seorang profesor di Sekolah Ilmu Geografi dan Oseanografi Nanjing University dan penulis terkait.

Tumpahan minyak laut di lepas pantai Louisiana. (Ian MacDonald)

"Sebuah gambaran global dapat membantu memfokuskan regulasi dan penegakan hukum untuk mengurangi polusi minyak."

Para peneliti menemukan sebagian besar lapisan minyak di dekat garis pantai. Efektivitas citra satelit menawarkan solusi potensial. Sekitar setengah dari lapisan minyak berada dalam jarak 40 kilometer dari pantai, dan 90 persen berada dalam jarak sekitar 160 kilometer.

Para peneliti menemukan tumpahan minyak yang relatif lebih sedikit di Teluk Meksiko dibandingkan dengan tempat lain di dunia. Hal itu menunjukkan bahwa peraturan dan penegakan pemerintah serta kepatuhan dari operator platform minyak di perairan AS mengurangi kebocoran.

Menurut peneliti, masalah polusi lautan mayoritas disebabkan oleh ulah manusia, tetapi masalah ini di masa lalu telah diremehkan secara signifikan.

"Jika kita dapat mengambil pelajaran itu dan menerapkannya ke tempat-tempat secara global, di mana kita telah melihat tumpahan minyak dengan konsentrasi tinggi, kita dapat memperbaiki situasinya," kata MacDonald.