Nationalgeographic.co.id—Sebuah studi proyeksi masa depan dari Model Sistem Bumi diterbitkan di jurnal Science Advances pada 6 Mei 2022. Judulnya, Global decline in ocean memory over the 21st century. Penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar lautan dunia terus kehilangan 'memori' dari tahun ke tahun di bawah pemanasan global.
Fluktuasi cuaca relatif cepat di atmosfer. Namun, suhu lautan berubah secara perlahan. Lautan seolah menunjukkan kegigihan yang kuat menggunakan "memori"-nya. Artinya, suhu lautan besok kemungkinan akan sangat mirip dengan hari ini, dengan hanya sedikit perubahan. Akibatnya, memori laut sering digunakan untuk memprediksi kondisi laut.
Namun, terjadi penurunan memori laut sebagai respons kolektif model iklim terhadap pemanasan yang disebabkan oleh manusia. Ketika konsentrasi gas rumah kaca terus meningkat, penurunan memori tersebut akan menjadi semakin nyata.
"Kami menemukan fenomena ini dengan memeriksa kesamaan suhu permukaan laut dari satu tahun ke tahun berikutnya sebagai metrik sederhana untuk memori laut," kata Hui Shi, penulis utama dan peneliti di Institut Farallon di Petaluma, California. "Sepertinya lautan sedang mengalami amnesia," tambahnya.
Memori laut ditemukan terkait dengan ketebalan lapisan paling atas lautan, yang dikenal sebagai lapisan campuran. Lapisan campuran yang lebih dalam memiliki kandungan panas yang lebih besar, yang memberikan lebih banyak inersia termal yang diterjemahkan ke dalam memori. Namun, lapisan campuran di sebagian besar lautan akan menjadi lebih dangkal sebagai respons terhadap pemanasan antropogenik yang berkelanjutan, yang mengakibatkan penurunan memori laut.
"Proses lain, seperti perubahan arus laut dan perubahan pertukaran energi antara atmosfer dan lautan, juga berkontribusi pada perubahan memori laut. Akan tetapi, penimbunan kedalaman lapisan campuran dan penurunan memori yang dihasilkan terjadi di semua wilayah di dunia, dan ini menjadikannya faktor penting untuk dipertimbangkan demi prediksi iklim di masa depan," kata Robert Jnglin Wills, seorang ilmuwan peneliti di University of Washington di Seattle, Washington, salah satu penulis penelitian.
Seiring dengan penurunan memori laut, lapisan campuran yang menipis juga ditemukan meningkatkan fluktuasi acak suhu permukaan laut. Akibatnya, meskipun lautan tidak akan menjadi lebih bervariasi dari satu tahun ke tahun berikutnya di masa depan, sebagian besar sinyal yang berguna untuk prediksi berkurang.
"Pengurangan memori laut bersama dengan peningkatan fluktuasi acak menunjukkan perubahan intrinsik dalam sistem dan tantangan baru dalam prediksi di bawah pemanasan," kata Fei-Fei Jin, seorang profesor ilmu atmosfer di University of Hawai'i di Manoa School of Ocean and Earth Science dan Teknologi, seperti dilaporkan Tech Explorist.
Hilangnya memori laut tidak hanya berdampak pada prediksi variabel fisik, tetapi juga dapat memengaruhi cara kita mengelola ekosistem laut yang sensitif.
Baca Juga: Perubahan Iklim Berperan untuk Manusia Purba Menentukan Tempat Tinggal
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | Tech Explorist |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR