Mengungkap Misteri Genom Beruang Kutub Berusia 100.000 Tahun

By Ricky Jenihansen, Minggu, 19 Juni 2022 | 11:00 WIB
Polar bear walks oHilangnya es laut berarti beruang kutub menghabiskan lebih banyak waktu di daerah pesisir Kutub Utara di mana mereka mungkin bertemu beruang coklat.ver tundra in sunshine (Nicholas D /iStockphoto)

 Baca Juga: Beruang Kutub Berjalan Jauh Demi Bertahan Hidup Akibat Es yang Mencair

 Baca Juga: Beruang Cokelat Bangun dari Hibernasi dan Membunuh 38 Anak Rusa Kutub

Studi sebelumnya tentang DNA purba telah menunjukkan bahwa pencampuran telah terjadi pada populasi beruang cokelat tertentu setidaknya empat kali berbeda antara sekitar 15.000 dan 25.000 tahun yang lalu. Dalam semua kasus, arah aliran gen adalah dari beruang kutub ke beruang cokelat.

Individu yang dicampur, jika mereka bertahan hidup, melakukannya sebagai beruang cokelat, mungkin karena mereka kesulitan berburu dengan sukses di es laut jika mereka tidak sepenuhnya putih," jelas Shapiro.

"Beruang kutub selalu merupakan populasi kecil dengan keragaman genetik yang tidak banyak."

Studi baru memang menemukan beberapa bukti kemungkinan aliran gen dari beruang cokelat ke garis keturunan Bruno. Namun tidak adanya pencampuran pada beruang kutub saat ini mendukung gagasan bahwa nenek moyang beruang cokelat mengurangi kebugaran beruang untuk hidup sebagai beruang kutub.

Para peneliti menganalisis genom berdasarkan DNA purba dari tengkorak Bruno. (Pac Grove)

Setelah menyimpang dari beruang cokelat sekitar 500.000 tahun yang lalu, beruang kutub berevolusi menjadi pemburu mamalia laut yang sangat terspesialisasi di es laut Arktika. Beruang cokelat, sebaliknya, adalah generalis yang tersebar luas di Amerika Utara, Eropa, dan Asia.

Bruno hidup selama masa perubahan iklim setelah puncak periode interglasial yang hangat ketika suhu dan permukaan laut jauh lebih tinggi daripada sekarang. Kondisi serupa dapat terjadi di masa depan sebagai akibat dari perubahan iklim yang cepat yang didorong oleh pembakaran bahan bakar fosil dan aktivitas manusia lainnya.

Saat es laut Arktika menurun, banyak populasi beruang kutub sudah berjuang untuk bertahan hidup. "Jika pemanasan Kutub Utara yang cepat, tidak wajar, dan parah akibat ulah manusia yang kami dokumentasikan hari ini terus berlanjut, tidak pasti apakah beruang kutub akan memiliki habitat es laut untuk kembali dan bertahan hidup secara genetik," kata rekan penulis Ian Stirling.

Pergeseran iklim yang telah menyatukan beruang kutub dan beruang cokelat di masa lalu. Termasuk periode glasial ketika es laut lebih luas, memungkinkan beruang kutub untuk bercampur dengan beruang cokelat di Alaska tenggara, Kepulauan Kuril, dan bahkan Irlandia.

"Memahami bagaimana perubahan iklim di masa lalu mendorong interaksi antar-organisme sangat penting untuk memprediksi bagaimana perubahan saat ini akan menciptakan campuran baru, meningkatkan penularan penyakit, atau berdampak pada sumber daya alam atau masyarakat," kata Leslie Rissler, direktur program di National Science Foundation AS, yang mendanai penelitian.