Bermain Boneka di Zaman Romawi Kuno: Mempersiapkan Diri untuk Jadi Ibu

By Sysilia Tanhati, Kamis, 23 Juni 2022 | 23:30 WIB
Menjadi istri dan ibu yang dihormati ‘diiklankan’ sebagai peran paling signifikan yang bisa dimiliki wanita Romawi. Dan boneka milik Crepereia menunjukkan peran itu sambil mempersiapkannya sebelum menikah. (Centrale Montemartini)

Nationalgeographic.co.id—Boneka menjadi mainan kesukaan sebagian besar anak kecil, termasuk anak-anak di zaman Romawi kuno. Sebuah boneka ditemukan di makam yang berusia 2.000 tahun di Roma. Temuan ini mengungkap fakta unik dari fungsi boneka tersebut.

Alih-alih sebagai sarana bermain, boneka mempersiapkan anak perempuan untuk menjadi ibu di usia yang sangat muda.

Pada akhir abad ke-19, sisa-sisa rapuh dari Crepereia Tryphaena dan Crepereius Euhodus ditemukan di Roma. Diperkirakan berusia 2.000 tahun, keduanya ditemukan di Imperial Gardens of Domizia.

Dikuburkan di area tanah kekaisaran, keduanya diperkirakan berasal dari keluarga kaya dan terhormat. Boneka ditemukan di sarkofagus keduanya, masih dalam keadaan baik.

Tidak seperti di zaman modern, boneka memiliki fungsi lain bagi masyarakat Romawi kuno. Alih-alih untuk bermain, boneka akan mempersiapkan anak gadis untuk menjadi ibu kelak.

Lahir untuk menikah

Masa kecil gadis-gadis Romawi tidak berlangsung lama. Hukum Romawi menetapkan bahwa anak perempuan tidak dapat menikah sebelum usia 12 tahun. Pembatasan usia yang diberlakukan berdasarkan pengamatan terhadap pubertas perempuan. Sejak usia 12 tahun, gadis-gadis dianggap layak secara fisik, sosial dan hukum untuk menikah. “Meski demikian, kebanyakan gadis Romawi tampaknya menikah di usia 15 tahun,” tulis Terry Madenholm di lama Haaretz.

Keluarga memanfaatkan kesuburan anak perempuan karena angka kematian bayi sangat tinggi di masa itu. Di sisi lain, melahirkan juga merupakan proses yang berbahaya dan mengancam nyawa sang Ibu.

Pernikahan dini dilakukan terutama di antara keluarga kuat. Seringkali dimanfaatkan sarana untuk membuat aliansi dinasti. Pernikahan dini juga dilakukan untuk memastikan bahwa seorang gadis tidak memiliki riwayat seksual. Kondisi ini dianggap memalukan bagi suaminya.

Meski masih di bawah umur, perempuan diharapkan untuk mengambil peran orang dewasa. Ini termasuk merawat anak, mengurus rumah tangga, dan membantu bisnis keluarga. Jika keluarga mampu memiliki budak, mengawasinya juga menjadi tugas sang Istri.

Calon pengantin diharapkan untuk mengesampingkan semua hal kekanak-kanakan. Ini dilakukan dengan mendedikasikan mainannya untuk dewa-dewa rumah tangga. “Di sinilah transisi dari gadis menjadi wanita dewasa terjadi,” tambah Madenholm.

Namun kenapa boneka ditemukan di makam Crepereia muda? Ia adalah wanita muda yang usianya tidak lebih dari 20 tahun. Mungkin menikah atau baru bertunangan. Ini ditunjukkan dari cincinnya dan ukiran nama pasangannya. Saat kematian menghampiri, keluarganya memutuskan ia tidak boleh berpisah dengan bonekannya.

Barbara versus Barbie

Tubuh Crepereia yang tak bernyawa dibaringkan miring, dengan kepala condong ke arah teman kecilnya. Boneka gading yang dibuat dengan indah memiliki anggota badan yang dapat digerakkan dan ditekuk. Mirip dengan boneka yang dimainkan anak perempuan saat ini.

Bonekanya juga disertai dengan perlengkapan mandi mungil seperti cermin, pakaian halus, dan ornamen berharga. “Boneka jenis ini diproduksi hanya untuk orang yang sangat kaya. Yang dimiliki oleh Crepereia sangat halus,” kata Nadia Agnoli, kurator di Capitoline Museum of Centrale Montemartini.

Boneka biasa yang terbuat dari kain atau bahan lain adalah versi yang disederhanakan. Boneka jenis itu tidak menggambarkan detail anatomi.

Boneka Crepereia sejauh ini paling ideal dengan fiturnya, bibir penuh, hidung lembut dan mata almond besar. Sementara yang lain seperti boneka Grottarossa memiliki fitur wajah yang digambarkan dengan hati-hati. Ukuran tubuh Grottarossa yang tidak ramping mungkin ditujukan untuk menjadi versi yang lebih keibuan. Bisa jadi Grottarossa mencoba menunjukkan kualitas ibu sebagai pelindung.

Ukuran tubuh Grottarossa yang tidak ramping mungkin ditujukan untuk menjadi versi yang lebih keibuan. Bisa jadi Grottarossa mencoba menunjukkan kualitas ibu sebagai pelindung. (the Ministry of Culture - National Roman Museum)

Boneka Crepereia, sebut saja sebagai ‘Barbara’, memiliki proporsi tubuh natural. Ini sangat kontras dengan boneka Barbie yang digemari anak perempuan di zaman modern.

Tidak mungkin pendahulu Barbie kuno "Barbara" dengan bentuk aslinya berkontribusi pada distorsi citra tubuh; sebagai gantinya, boneka itu membisikkan kemungkinan yang mendekat dengan cepat yang menunggu gadis-gadis muda Romawi.

Boneka untuk persiapan menjadi seorang ibu

Meskipun boneka Crepereia tidak digambarkan sedang hamil, persiapan jadi seorang ibu ditunjukkan lewat perut buncit dan pinggul lebar. Konon fitur ini mempersiapkan Crepereia untuk peran paling berharga seorang wanita di dunia kuno: menjadi seorang ibu.

“Bukan sembarang ibu, tetapi ibu yang dihormati,” Madenholm menambahkan. Gaya rambut boneka yang diukir dengan rumit merupakan reproduksi elegan dari gaya rambut yang dipopulerkan oleh ikon mode Faustina Muda. “Standar mode wanita ditetapkan oleh wanita dari keluarga kekaisaran. Bahkan boneka di zaman Romawi kuno pun dirancang agar terlihat trendi,” Agnoli menambahkan.

   

Baca Juga: Artefak Baru dari Bangkai Kapal Antikythera yang Berusia 2.050 Tahun

Baca Juga: Tidak Setenar Suku Hun, Siapa Orang Avar yang Jadi Musuh Romawi?

Baca Juga: Penelitian Ungkap Bagaimana Aktivitas Orang Romawi Cemari Atmosfer

Baca Juga: Hantu-hantu Abad Pertengahan yang Melegenda, Datang dari Romawi

     

Menikah pada usia 15 tahun dengan Marcus Aurelius, Faustina menjadi seorang istri yang taat, penuh kasih sayang, dan sederhana. Hingga usia 21 tahun, ia memiliki 14 anak. Peran Faustina sebagai seorang ibu dimuliakan. Ia juga menerima gelar agung Fecunditas Augustae, Kesuburan Augusta, yang diberikan untuk kesuburan ilahinya.

Faustina secara publik direpresentasikan sebagai personifikasi dari seorang wanita ideal. Tipe wanita seperti itulah yang ingin diwakili oleh boneka Crepereia: cantik, modis, dan subur.

“Boneka Crepereia memiliki fungsi yang sama bagi gadis Romawi: meniru perilaku wanita dewasa,” kata Agnoli.

Boneka seperti yang dimiliki Crepereia dirancang dengan tujuan khusus.Boneka tersebut memenuhi tuntutan gadis-gadis Romawi yang ingin meniru dan bermain dengan sosok yang mereka kagumi. Sambil bermain, mereka bermimpi untuk menjadi wanita dewasa suatu hari nanti.

Menjadi istri dan ibu yang dihormati ‘diiklankan’ sebagai peran paling signifikan yang bisa dimiliki wanita Romawi. Dan boneka milik Crepereia menunjukkan peran itu sambil mempersiapkan Crepereia sebelum menikah.