Nationalgeographic.co.id—Bangsa Romawi kuno memiliki cara pengobatan yang mungkin dianggap aneh oleh sebagian orang di zaman modern. Kecintaan mereka pada gladiator ternyata tidak sebatas menonton pertandingan berdarah saja. Konon, darah gladiator yang bercucuran setelah pertandingan pun diminum oleh orang Romawi. Untuk apa? Orang Romawi percaya darah gladiator bisa menyembuhkan epilepsi.
Antara abad ke-1 sampai ke-6, mereka percaya bahwa konsumsi darah atau hati gladiator dapat menyembuhkan epilepsi.
Darah hangat sang Gladiator ampuh mengobati penyakit
Upacara pemakaman Etruria dipercaya menjadi awal mula metode tidak biasa ini. Etruria adalah orang-orang kuno yang berpengaruh di sekitar sungai Tiber dan Arno, selatan Apennines. Banyak fitur budaya Etruria diadopsi oleh orang Romawi, penerus kekuasaan mereka di semenanjung.
Bagaimana praktik meminum darah gladiator dilakukan? Darah hangat dari gladiator yang mati saat bertanding diambil lalu dijual. Darah ini dipercaya akan 'membersihkan jiwa'. “Namun seiring berjalannya waktu, mulai khusus digunakan sebagai obat penyakit, khususnya epilepsi,” tulis Fiona Mccoss di laman Ancient Origins.
Pertandingan gladiator pun akhirnya dilarang sekitar 400 Masehi. Praktik ini tidak berhenti begitu saja. Pasokan beralih ke darah individu yang baru dieksekusi. Manfaatnya pun sama, untuk menyembuhkan penyakit, termasuk epilepsi.
Awal mula penggunaan darah gladiator sebagai obat
Sepanjang sejarah darah manusia dianggap sebagai obat untuk penyakit. Seorang ensiklopedis Romawi Aulus Cornelius Celsus menulis De medicina pada tahun 40 Masehi. Ini menjadi catatan pertama tentang darah manusia sebagai obat.
Celsus menulis, “Beberapa telah membebaskan diri dari penyakit epilepsi dengan meminum darah panas dari tenggorokan gladiator yang terpotong. Ini merupakan bantuan yang menyedihkan untuk mengobati penyakit yang lebih menyedihkan.”
10 tahun kemudian, dokter-farmakologis Romawi Scribonius Largus melaporkan jenis terapi serupa. Ini dituliskan dalam kumpulan resepnya yang disebut Compositiones. Scribonius mengatakan bahwa tiga sendok darah gladiator selama tiga puluh hari, diberikan 9 kali. Resepnya seakan mengubah asal-usul magis menjadi sesuatu yang tampaknya ilmiah. Dia juga menambahkan bahwa hati gladiator juga bermanfaat.
Plinius yang Tua mengikuti jejak Celsus dengan menambahkan manfaat darah pendekar pedang sebagai obat ajaib untuk epilepsi. Tampaknya teks Celsus menjadi inspirasi bagi Scribonius, Plinius, dan lainnya.
Ini termasuk dokter terkenal dari abad pertama Masehi Aretaeus dari Pengobatan Penyakit Kronis Cappadocia. “Ia berbicara tentang darah hangat dari individu yang baru saja dibunuh sebagai obat,” tambah Mccoss.