Batu Raksasa di Libanon: Bagaimana Orang Romawi Mengangkatnya?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Sabtu, 25 Juni 2022 | 13:00 WIB
Batu Wanita Hamil di Baalbek, Lebanon. Ukurannya begitu besar membuat orang bertanya-tanya bagaimana cara memindahkannya, dan benarkah orang Romawi yang membuatnya? (Carole Raddato/Flickr)

Nationalgeographic.co.id - Berada di Libanon, sebuah batu persegi panjang berukuran 20,76 kali 4 kali 3,32 meter terbaring di Lembah Bekaa, tepatnya di Baalbek, Libanon. Batu itu dinamakan Batu Wanita Hami atau Hajar el-Hible berusia sekitar 2.000 tahun dengan berat sekitar 1.000 ton. Lokasinya pun tidak jauh dari Kuil Venus, Kuil Bacchus, dan Kuil Jupiter.

Sebagian dari batu raksasa terkubur, seolah-olah dilupakan ketika Romawi membangun Heliopolis--nama kota Baalbek dulu. Batu raksasa itu tidak sendiri. Di lokasi yang sama, para arkeolog juga menemukan batu besar lainnya.

Tahun 2014, adalah yang baru ditemukan oleh para arkeolog dari German Archaeological Institute, Jerman, di lokasi yang sama. Beratnya diperkirakan sekitar 1.400 ton dengan ukuran 19,6 kali enam kali 5,5 meter. Batu itu dinamakan sebagai 'Batu yang Terlupakan'.

"Tingkat kehalusannya menunjukkan balok itu dimaksudkan untuk diangkut dan digunakan tanpa dipotong," kata para peneliti, dikutip dari Discovery News.

Batu-batu besar ini dibuat oleh manusia. Diperkirakan, bahan ini dimaksudkan untuk membentuk bagian dasar kuil. Akan tetapi, keberadaannya menyisakan pertanyaan yang belum terjawab oleh para arkeolog: bagaimana orang Romawi bisa mengangkut batu-batu raksasa ini dari tambangnya? Dan, Batu Wanita Hamil ini untuk bagian struktur bangunan apa?

Baca Juga: Selidik Hackmanite, Batu Ajaib yang Bisa Berubah Warna Tanpa Batas

Baca Juga: Mengulik Fakta di Balik Sarkofagus Pemakan Daging dari Assos

Baca Juga: Kotoran Prasejarah Ini Mengungkap Parasit dari Pesta di Stonehenge

Baca Juga: Pecahan Cincin Zaman Batu Diduga Digunakan sebagai Tanda Persahabatan

Melansir Ancient Origins, Molly Dowdeswell alumni pascasarjana Univeristy of Birmingham terntang sejarah modern awal, memperkirakan teknik yang jadi cara orang Romawi membuatnya.

"Ada bukti arkeologis dari seluruh Kekaisaran Romawi, tentang orang Romawi yang mengekstrasi sebagian besar batu untuk struktur mereka. Merupakan hal umum untuk memotong sepotong batu besar dan kemudian memotongnya berukuran lain setelahnya," tulisnya.

Metode yang paling umum adalah menggunakan garis kapur dan irisan. Garis besar akan dibuat di permukaan batu untuk memotongnya dan ditambang, sesuai dengan ukuran yang diperlukan. Kemudian, setelah digaris, batu akan dipahat dan irisannya ditempatkan ke dalam celahnya.

"Dalam teknik yang mengingatkan pada Rapa Nui dan patung moai, mereka pada pembuatan monolit Romawi di Baalbek, tusukan kecil akan dibuat di sepanjang garis untuk menekan celah di sepanjang garis yang ditandai. Ketika baji tengah dipukul dengan palu, batu itu akan terbuka," jelasnya.

Namun, bagaimana potongan batu-batu raksasa ini bisa dipindahkan ke lokasi pembangunan belum diketahui. Dowdeswell memperkirakan, mungkin caranya seperti peradaban lama lainnya dalam memindahkan batu.

Batu Wanita Hamil ini ukurannya ribuan ton. Benarkah orang Romawi yang mengangkutnya? Jika demikian, ada beberapa teknologi yang bisa dipahami untuk mengangkut batu berat dan besar itu. (Caroline Granycome/Flickr)

Kemungkinan, caranya adalah menggunakan sistem katrol, walaupun ada beberapa kontroversi di kalangan akademis terkait teknik ini. Bukti sistem ini dicatat dalam Relief Asyur di abad kesembilan SM, dan digunakan oleh tukang batu Yunani di abad ketujuh SM. 

"Tambang batu kapur dari mana Trilithon (batu-batuan seperti Batu Wanita Hamil) asalnya terletak 800 meter dari situs di mana mereka sekarang berada dan sedikit lebih tinggi dari tanah tempat kuil berdiri. Ini membuat pemindahan batu-batu besar ini semakin sulit," ia berpendapat.

"Bukti yang dikumpulkan dari pengamatan arkeolog terhadap batu-batu di situs menyiratkan bahwa, setelah diukir, batu-batu itu diletakkan di atas rol."

Orang Romawi mungkin menggunakan sistem katrol jenis derek yang sudah mereka kenal. Sistem ini dijelaskan oleh Vitruvius, arsitek dan insinyur Romawi lewat catatannya. Beberapa bangunan di Romawi pun menggunakan sistem ini, melibatkan dua pekerja yang mengoperasikan alat penderek.

"Meskipun sistem ini tidak digunakan di Baalbek, sistem ini menunjukkan metode yang diandalkan oleh para pembangun kuno untuk memindahkan bangunan yang sangat berat dan tentang bagaimana metode yang telah dicoba dan diuji dapat diadaptasi untuk lingkungan bangunan yang berbeda," lanjut Dowdeswell.

Mengenai mengapa batu besar digunakan di Baalbek, para arkeolog memperkirakan karena karst di sana kuat. Kuil-kuil di sana rencananya ditujukan untuk situs yang sangat luas, sehingga lempengan batu juga harus kuat untuk menanggung bobotnya.

"Sayangnya, ada kekurangan dokumentasi mengenai siapa yang menugaskan dan membayar kuil itu sendiri, serta siapa yang merancang strukturnya," tulisnya. 

Meski demikian banyak pihak yang curiga batu-batu ini bukan buatan orang Romawi. Penulis buku dan jurnalis Graham Hancock misalnya. Dia menulis di blognya, "Saya tidak setuju dengan pandangan arkeologi arus utama bahwa salah satu dari tiga blok megalitik di tambak balok, atau fondasi megalitik misterius Kuil Jupiter, adalah karya orang Romawi."