Jelajah Tiga Zaman Jalan Raya Pos Selidiki Bangunan Perlindungan Kota

By National Geographic Indonesia, Kamis, 30 Juni 2022 | 08:00 WIB
Tim Ekspedisi Jelajah Tiga Zaman saat menyusuri Kalimas, menuju bekas bekas Benteng Prins Hendrik. (Ali Muchson/Roodebrug Soerabaia)

Baca Juga: Karya Sastra Kasih Tak Sampai Berlatar Pabrik Tegel di Tepian Jalan Raya Pos

Baca Juga: Susuri Jalan Raya Pos, Singkap Selimut Fakta dan Fiksi Daendels

Baca Juga: Mengapa Jalan Raya Pos Berbelok Melewati Bogor, Cipanas, dan Bandung?

Baca Juga: Jelajah Tiga Zaman Jalan Raya Pos, Mengungkap Sisi Lain Histori Kota

         

Bunker-bunker sederhana yang dibangun warga terus menjalankan fungsinya hingga perang kemerdekaan 1945-1949. Di Kertosono, diantar oleh seorang veteran, saya pernah ditunjukkan lokasi perlindungan yang hingga kini masih membentuk bekas galian. Desa itu pernah dibombardir Belanda pada 1949. Penduduk desa memanfaatkan tiga perlindungan udara sederhana, dua diantaranya masih bisa dilihat hingga tahun 2015, sedangkan lainnya sudah berubah menjadi pemukiman warga.

Schuilplaats beton yang tersebar di kota Surabaya diperkirakan berjumlah ratusan, setelah beberapa dekade berlalu tanpa adalagi bahaya perang, situs-situs inipun kemudian satu persatu dihancurkan. Alasannya karena tak pernah terpakai, tergenang, menjadi sarang nyamuk, seringkali dihuni ular dan biawak sehingga membuat warga Surabaya memilih untuk menutup atau menghancurkannya.

Bunker di rumah dinas Walikota Surabaya, misalnya, Suparto mencatat upaya penghancuran dengan susah payah pada 1969. Bunker beton Jalan Ambengan 17 dibongkar pada 1973. Bunker yang dibangun di Jalan Kepanjen antara gedung SMP dengan Gereja dihancurkan pada 1951 dan masih banyak lagi yang lainnya.

Kini bunker besar dari beton sisa kejayaan LBD dapat kita lihat di Tegalsari yang baru-baru ini mengalami renovasi. Selain itu terdapat di Gedung Balaikota, dan puluhan tersebar di kawasan militer di utara kota, umumnya dalam kondisi tidak terawat.

Semoga hari-hari mendatang, sisa-sisa bangunan penanda masuknya Perang Pasifik ke halaman kota kita ini dapat terjaga dengan baik. Bangunan itu menjadi bagian dari wajah kota yang memberikan narasi kepada warganya yang dahaga atas sejarah kawasan tempat tinggal mereka.

Pada 25 Mei 2022, Jelajah Tiga Zaman Jalan Raya Pos bermula. Perjalanan dengan dua jentera ini berawal dari Anyer, menyinggahi beberapa kota sampai Panarukan. Perhelatan ini merupakan program #SayaPejalanBijak yang menggandeng Intisari dan National Geographic Indonesia, serta didukung oleh Royal Enfield. Simak jurnal hariannya di akun Instagram @SayaPejalanBijak dan @IntisariOnline.