Mengulik Bagaimana Masyarakat di Dunia Kuno Memanfaatkan Ganja

By Sysilia Tanhati, Jumat, 1 Juli 2022 | 11:00 WIB
Dokumentasi tentang penggunaan ganja sangat jarang ditemukan. Bagaimana masyarakat di dunia kuno memanfaatkan ganja? (John William Waterhouse)

Nationalgeographic.co.id—Referensi tentang penggunaan ganja di dunia kuno, misalnya Romawi, sangat jarang ditemukan. Kalaupun ada, hanya dijelaskan sepintas soal penggunaannya untuk medis dan ritual agama. Penggunaan ganja untuk bersenang-senang seakan dilewatkan begitu saja. Hanya sedikit dokumentasi, bagaimana masyarakat di dunia kuno memanfaatkan ganja?

Padahal menurut Philip Matyszak dilansir dari laman History Extra, perdagangan obat bius internasional sudah ada dilakukan sejak tahun 1.000 Sebelum Masehi. Jadi, ganja dan opium juga mungkin digunakan oleh orang Romawi. Apakah penggunaannya sengaja ditutupi?

Penerapan arkeologi dan sains memperjelas gambaran yang tampaknya telah dikaburkan dengan hati-hati oleh para penulis kuno.

Opium dan rami (hemp) mendominasi dunia kuno Mediterania. Penyelidikan cermat selama dua dekade mengungkap pola penggunaannya yang sebelumnya tidak diduga sama sekali oleh sejarawan Klasik.

Lebih dari sekedar tali rami

Rami (hemp) memiliki sejarah yang lebih panjang dari opium, dibawa ke Eropa sebelum adanya dokumentasi. Berasal dari Asia Tengah, tanaman ini telah ada di Eropa selama lebih dari 5.000 tahun.

Rami berharga karena manfaatnya untuk membuat tali dan kain. Tetapi ada penemuan anglo yang mengandung ganja hangus. Temuan ini menunjukkan penggunaan lain dari tanaman ini.

Orang Tiongkok membudidayakan ganja secara signifikan setidaknya 2.500 tahun yang lalu. "Baik produk maupun pengetahuan tentang cara membuatnya menyebar di sepanjang Jalur Sutra," tambah Matyszak.

Di kota Ebla di Timur Tengah, para arkeolog menemukan dapur besar tidak jauh dari istana kota. Di dalamnya terdapat delapan tungku yang digunakan untuk persiapan. Dan pot yang mampu menampung hingga 70 liter produk jadi.

Tidak ada bekas sisa makanan, seperti yang biasa terjadi di dapur kuno. Analisis wadah yang ditemukan mengungkapkan bahwa ruangan ini digunakan untuk membuat obat-obatan psikotropika. Dengan kata lain, dunia kuno memiliki pabrik obat skala besar 3.000 tahun yang lalu.

Dokter Yunani Dioscorides melaporkan bahwa penggunaan ganja yang ekstensif cenderung menyabotase kehidupan seks pengguna. Ia bahkan merekomendasikan penggunaan ganja untuk mengurangi hasrat seksual di mana hasrat tersebut mungkin dianggap tidak pantas.

Plinius yang Tua juga tidak ketinggalan dalam mendokumentasikan penggunaan ganja. Dalam Natural History, ia mencatat sifat-sifat banyak tanaman, di antaranya 'laughing weed’' Menurut catatan Plinius, tanaman ini bisa menjadi racun bila ditambahkan ke anggur.

Galen menjelaskan bagaimana ganja digunakan dalam pertemuan sosial untuk 'bergembira dan tertawa'. "Setengah milenium sebelumnya, sejarawan Yunani Herodotus juga melaporkan hal serupa," ungkap Matyszak.

Lain halnya dengan bangsa Skithia yang memanfaatkan rami untuk bisnis dan kesenangan. Herodotus –sejarawan pertama di dunia – menyatakan bahwa Skithia membuat pakaian yang begitu halus dari rami. Begitu halus sehingga sulit membedakannya dengan linen.

"Orang Skithia kemudian mengambil biji dari rami dan melemparkannya ke atas batu merah membara,” tulis Herodotus. "Mereka menutupinya dengan tikar dan merangkak ke bawah saat asap muncul. Mereka pun melolong kegirangan saat mandi uap.”

Sistem manufaktur dan distribusi opium yang terorganisir

Opion bukan sekedar tanaman cantik yang digunakan sebagai motif pada patung dan ukiran. Pada awal 1600 Sebelum Masehi, termos kecil dibuat dalam bentuk 'kapsul' opium. Ini berupa bola menonjol di bawah kelopak bunga yang menghasilkan opium. Bentuk kapsul buatan ini memungkinkan dugaan yang masuk akal tentang apa yang terkandung di dalamnya. "Tetapi sampai saat ini tidak mungkin untuk memastikannya," tutur Matyszak.

Pada tahun 2018, jurnal Science melaporkan bahwa teknik baru untuk menganalisis residu dalam kapsul yang digali. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa bahan tanaman di dalamnya tidak hanya mengandung opium, tetapi terkadang zat psikoaktif lainnya. Guci dan kapsul ini ditemukan di seluruh Levant, Mesir dan Timur Tengah. Keseragamannya menunjukkan bahwa ini merupakan bagian dari sistem manufaktur dan distribusi yang terorganisir.

Opium bahkan ditanam lebih awal di Mesopotamia. Beberapa peneliti tidak ragu bahwa orang Asyur mengetahui sifat-sifat tanaman. Nama opium Asyur dapat dibaca sebagai Hul Gil, yang berarti 'Tanaman Bahagia'.

Kendi yang mengandung residu opium juga telah ditemukan di makam Mesir. Temuan ini tidak mengejutkan mengingat opium dibudidayakan secara ekstensif di Mesir.

Pada zaman Klasik, ekstrak tumbuhan tersebut dikenal sebagai 'Opium Thebiacum'. Namanya diambil dari kota Waset, yang oleh orang Yunani dikenal sebagai Thebes. Versi lain bernama Opium Cyrenaicum, jenis tanaman yang sedikit berbeda, tumbuh di barat di Libya.

Membantu mempercepat tidur abadi

Homer pada karyanya The Odyssey juga memaparkan tentang obat yang dapat menghilangkan kenangan menyakitkan. Ia menggambarkan Helen dari Troy menambahkan anggur dengan obat yang juga dapat menghilangkan gigitan rasa sakit serta kemarahan. Mereka yang meminum obat yang dilarutkan dalam anggur ini tidak dapat meneteskan air mata bahkan pada saat kematian orang tua.

"Bahkan tidak sekalipun saudara laki-laki atau anak laki-lakinya ditikam di depan matanya. Obat ini telah diberikan kepada Helen oleh Polydamna, istri Thon – seorang wanita Mesir," tulis Homer. Dokter Romawi Galen melaporkan bahwa orang Mesir percaya bahwa penggunaan opium diajarkan kepada umat manusia oleh dewa Thoth.

Biji opium yang mengeluarkan getah putih seperti susu. Ini merupakan sumber opium mentah. (Wikipedia)

Penulis Yunani Dioscorides menjelaskan teknik memanen tanaman ini. “Tunggu sampai embun mengering untuk dipotong ringan dengan pisau di sekitar bagian atas tanaman. Mereka harus berhati-hati untuk tidak memotong bagian dalam. Di bagian luar kapsul, potong lurus ke bawah. Saat cairan keluar, usap dengan jari ke sendok. Kembali lagi nanti. Seseorang dapat memanen lebih banyak residu setelah mengental, dan lebih banyak lagi pada hari berikutnya.”

Dioscorides juga memperingatkan agar tidak menggunakannya secara berlebihan. "Itu membunuh," katanya terus terang. Faktanya, banyak orang Romawi membeli opium hanya untuk alasan itu. Bunuh diri bukanlah dosa di dunia Romawi. Mereka yang menderita karena usia tua dan penyakit memilih untuk mengapung dari kehidupan di atas gelombang opium yang lembut.

Karena alasan itu maka dewa Yunani Hypnos (dewa tidur) dan anatos (dewa kematian) digambarkan dengan karangan bunga opium. Opium digunakan untuk membantu seseorang tidur. "Dari jus poppy dan cemara beracun, datang kematian yang mudah dan tanpa rasa sakit," tulis filsuf Theophrastus.

Bangsa Romawi menggunakan minuman berbahan dasar opium yang disebut 'anggur kretik' sebagai obat tidur. Daun poppy ‘mekonium’ juga bisa digunakan untuk tujuan yang sama namun kurang manjur. Candu dapat dibeli dalam bentuk tablet kecil di kios-kios khusus di sebagian besar pasar. Di kota Roma sendiri, Galen merekomendasikan penjual yang berada di Via Sacra dekat Forum.

   

Baca Juga: Catatan Polimatik Arab Mengungkap Awal Mula Munculnya Tanaman Ganja

 Baca Juga: Meski Legal, Ternyata Bukti Ilmiah Ganja untuk Medis Belum Jelas

 Baca Juga: Kaitan Legalisasi Ganja dengan Penurunan Penggunaan Obat Resep

 Baca Juga: Benarkah Ganja Bantu Sembuhkan Penyakit Alzheimer? Ini Kata Ahli

    

Di Capua, penjual obat-obatan menempati daerah terkenal yang disebut Seplasia. Setelah itu 'Seplasia' menjadi nama umum untuk obat-obatan, parfum, dan salep yang mengubah pikiran.

Apakah penggunaan ganja tabu di dunia kuno?

Apakah Herodotus benar-benar naif sehingga dia tidak menyadari pengaruh biji rami untuk bersenang-senang? Atau topik ini tabu untuk didokumentasikan oleh sejarawan dunia kuno?

Jangankan penggunaan untuk bersenang-senang seperti bangsa Skithia, dokumentasi tentang ganja untuk pengobatan pun sulit ditemukan dalam teks kuno.

Namun kini para arkeolog tahu apa yang harus dicari. Misalnya, makam Romawi abad keempat Masehi dari seorang gadis ditemukan di dekat kota Beit Shemesh. Zat yang ditemukan di daerah perut kerangka dianggap sebagai dupa. Namun analisis ilmiah mengungkapkannya sebagai tetralydrocannabinol – komponen ganja. Tampaknya obat itu digunakan untuk meringankan penderitaan sang Gadis. Kemudian pada akhirnya dapat membantunya keluar dari kehidupan itu sendiri.

"Ketika berbicara tentang ganja dan opium di dunia kuno, kita perlu membaca yang tersirat," imbuh Matyszak.