Dampak Perubahan Iklim: Pola Penyebaran Mangrove yang Tersebar Luas

By Wawan Setiawan, Minggu, 3 Juli 2022 | 13:00 WIB
Mangrove tumbuh subur di sepanjang garis pantai tropis, subtropis dan beberapa daerah beriklim hangat, serta dibanjiri secara teratur oleh pasang surut. (Tom Van der Stocken)

Nationalgeographic.co.id - Penelitian internasional yang dipimpin oleh Dr. Tom Van der Stocken dari Departemen Biologi VUB meneliti perubahan abad ke-21 dalam suhu, salinitas, dan kepadatan permukaan laut, di seluruh hutan mangrove di seluruh dunia. Studi ini menunjukkan bahwa perubahan kepadatan permukaan laut dapat berdampak pada pola penyebaran spesies mangrove yang tersebar luas, dan lebih mungkin terjadi di kawasan Indo-Pasifik Barat, yang merupakan hotspot utama keanekaragaman mangrove.

Studi ini telah dipublikasikan di jurnal Nature Climate Change pada 30 Juni 2022 berjudul "Mangrove dispersal disrupted by projected changes in global seawater density".

"Perubahan iklim memengaruhi kepadatan permukaan laut melalui perubahan suhu dan salinitas. Karena propagul spesies mangrove yang tersebar luas memiliki kepadatan mendekati kepadatan air laut, maka perubahan kepadatan laut berimplikasi pada penyebaran mangrove di lautan. Apakah propagul mangrove mengapung atau tenggelam tergantung pada perbedaan antara densitas propagul dan air di sekitarnya," kata Tom Van der Stocken, dari Vrije Universiteit Brussel, dan afiliasi penelitian di NASA Jet Propulsion Laboratory. "Diperkirakan bahwa pemanasan suhu musim dingin dan kenaikan permukaan laut akan berdampak pada distribusi hutan kaya karbon ini, tetapi perubahan sifat permukaan-laut mungkin juga memengaruhi pola distribusi melalui penyebaran."

Mangrove adalah hutan intertidal yang sangat produktif yang terdapat di sepanjang pantai tropis, subtropis, dan beberapa pantai beriklim sedang. Mereka mendukung berbagai macam barang dan jasa ekosistem dan memiliki tempat penting dalam agenda mitigasi dan adaptasi iklim internasional.

Propagul dari spesies mangrove Rhizophora mucronata, spesies yang tersebar luas di Indo-Pasifik Barat, memiliki kerapatan mendekati air laut. Propagul mangrove diangkut oleh arus sungai, pasang surut, pesisir dan laut terbuka juga dinamika mengapung-dan-tenggelamnya bergantung pada perbedaan kepadatan antara propagul dan perairan sekitarnya. (Tom Van der Stocken)

Namun, pada saat yang sama, hutan intertidal ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia dan mengalami perubahan yang didorong oleh iklim dalam proses laut, terestrial, dan atmosfer yang terkait erat dengannya. Sementara studi sebelumnya telah berfokus pada dampak potensial dari kenaikan permukaan laut, perubahan rezim curah hujan, dan peningkatan suhu juga frekuensi badai pada ekosistem mangrove, efek potensial dari perubahan yang didorong oleh iklim dalam sifat air laut belum dipertimbangkan.

 Baca Juga: Restorasi Mangrove dan Terumbu Karang Memberikan Perlindungan Banjir

 Baca Juga: Ancaman Kota-kota Pesisir dan Upaya Pelestarian Ekosistem Mangrove

 Baca Juga: Elegi Hutan Mangrove tentang Retaknya Hubungan Manusia dan Alam

"Ini mengejutkan, karena laut adalah media penyebaran utama dari vegetasi pantai 'perjalanan laut' ini dan penyebarannya adalah proses kunci yang mengatur respons spesies terhadap perubahan iklim dengan mengubah jangkauan geografisnya," tutur Van der Stocken.

Studi tersebut ditulis bersama oleh profesor VUB Bram Vanschoenwinkel dan Nico Koedam, juga bekerja sama dengan Moss Landing Marine Laboratories (MLML) dan University of California, Los Angeles (UCLA). Tim telah memanfaatkan data suhu dan salinitas permukaan laut saat ini dan masa depan dari database Bio-ORACLE yang dikembangkan di Universitas Ghent, dan menurunkan perkiraan kepadatan permukaan laut dari data ini menggunakan persamaan polinomial negara bagian untuk air laut UNESCO EOS-80.

Hutan mangrove di Teluk Gazi, Kenya. (Tom Van der Stocken)