Dalam 50 tahun setelah perang Persia, Athena memperluas jangkauannya melintasi Mediterania. Mereka membentuk aliansi berbagai negara kota yang kemudian dikenal sebagai Liga Delian. Sparta melakukan hal yang sama dengan wilayah Peloponnesia di bawah pengaruhnya. Pertempuran sering terjadi antara kedua liga. Pada akhirnya, pertempuran ini berdampak pada sumber daya dan kekuatan militer keduanya.
Perang Peloponnesia
Pada 459 Sebelum Masehi, perang pecah antara dua sekutu Spartan, Korintus dan Megara. Athena mengambil kesempatan ini untuk bersekutu dengan Megara dan menawarkan bantuan militer dan keuangan kota.
Ketika Sparta datang membantu Korintus, konflik intermiten selama lima belas tahun pecah antara Athena dan Sparta. Ini dikenal sebagai Perang Peloponnesia Pertama.
Pada 446 Sebelum Masehi, Sparta menandatangani perjanjian damai 30 tahun dengan Athena. Ini mengakhiri pertempuran sehingga kedua kota dapat fokus pada pertumbuhan mereka.
Perdamaian tidak bertahan lama. Perjanjian ini segera diuji ketika Athena berpartisipasi dalam pertempuran melawan Korintus. Atas permintaan Korintus, Sparta terpaksa menyatakan perang terhadap Athena, menandai dimulainya Perang Peloponnesia Kedua.
Keduanya memiliki kekuatan yang tidak tertandingi, Sparta dengan pasukan daratnya dan Athena dengan kekuatan Angkatan lainnya. Akibatnya, sulit ditentukan siapa pemenangnya.
Di sisi lain, kedua belah pihak mengalami kerugian besar dalam hal tentara dan sumber daya. Ini memaksa Athena dan Sparta untuk mengakhiri perang dan lagi-lagi membuat perjanjian damai pada 421 Sebelum Masehi. Alih-alih berlangsung selama 50 tahun seperti yang disepakatkan, 6 tahun kemudian mereka bertempur lagi.
Dengan kekuatannya, Sparta memperluas wilayah kekuasaan dengan paksaan dan kekerasan. Kekaisaran meluncurkan invasi skala penuh ke wilayah Athena. Sparta akhirnya menjadi pemenang pada 405 Sebelum Masehi melawan Athena dalam Pertempuran Aegospotami. Sparta jadi kekuatan dominan di seluruh Yunani.
Tradisi jadi senjata makan tuan
Sparta menderita masalah, masalah yang sama yang memberinya kekuatan. Ujian kesetiaan dan resimen pelatihan militer yang ketat membuat tidak sembarang orang bisa menjadi warga negara Sparta.
Faktanya, kewarganegaraan Sparta hanya diperuntukkan bagi mereka yang berasal dari garis keturunan tertentu. Ini menyebabkan krisis populasi. Tanpa penduduk, tidak ada yang bisa ditarik menjadi tentara.