Upaya si Pengamat Alam Romawi Menyelamatkan Diri dari Letusan Vesuvius

By Sysilia Tanhati, Rabu, 6 Juli 2022 | 11:00 WIB
Letusan Gunung Vesuvius menghancurkan kota-kota dan menewaskan ribuan orang. Termasuk komandan armada angkatan laut Romawi, Plinius yang Tua. Keponakannya menceritakan upaya si Pengamat Alam Romawi menyelamatkan diri dari letusan Vesuvius. (John Martin)

Pada titik ini, misinya berubah dari pengamatan menjadi penyelamatan. IArmada kecil kapal perang diluncurkan untuk membantu warga di sepanjang pantai, termasuk Rectina. Sesampainya di rumah Rectina, yang terletak sekitar lima kilometer dari Pompeii, juru mudi kapal menyarankannya untuk kembali. Permintaannya ditolak oleh Plinius yang Tua dan ia malah meminta bantuan Poponianus.

Teror Gunung Vesuvius

Menjelang sore di rumah Poponianus, situasinya menjadi semakin berbahaya. Ia melihat lembaran api yang luas dan api yang melompat-lompat. Dari kejauhan, rumah-rumah terbakar oleh aliran lahar yang menuruni gunung dengan cepat.

Plinius yang Tua dan teman-temannya memutuskan untuk tetap berada di dalam rumah dan berusaha tidur. “Budaknya membangunkannya dan menunjukkan bahaya baru di luar jendela,” ungkap Hayward. Halaman dalam dengan cepat dipenuhi dengan abu dan batu apung, membuat pelarian semakin sulit. Sementara itu, rumah mulai bergetar akibat getaran kecil dari erupsi.

Mereka mempertimbangkan keuntungan dan kerugian untuk tetap tinggal di dalam rumah. Di luar, bebatuan besar berjatuhan. Namun jika tetap berlindung di dalam rumah, fondasi pun menjadi tidak stabil.

Setelah diskusi, mereka memutuskan bahwa yang terbaik adalah mencoba melarikan diri selagi masih bisa meninggalkan rumah. Dengan ‘kostum’ yang tidak biasa, bantal diikatkan ke kepala untuk melindungi diri dari batu yang jatuh.

Saat melewati kabut abu dan batu apung, Plinius yang Tua menggambarkan kegelapan: "lebih hitam daripada malam biasa."

Kematian tragis si Pengamat Alam

Plinius yang Tua memutuskan untuk pergi ke pantai, mencari tahu apakah pelarian melalui laut masih mungkin dilakukan. Namun ombak sudah terlalu tinggi untuk berlayar bahkan dengan perahu besar.

Pada titik inilah ia mulai berjuang secara fisik dan berulang kali meminta air dingin untuk diminum. Api dengan cepat melahap teman-temannya, bersamaan dengan bau belerang yang memabukkan.

Detail terakhir yang diketahui tentang Plinius yang Tua adalah bahwa dia terlihat bersandar pada dua budak. Dua hari kemudian, tubuhnya ditemukan di pantai. Plinius yang Muda menunjukkan bahwa pamannya meninggal karena sesak napas. “Asap beracun membatasi tenggorokannya,” Hayward menambahkan.

Dalam Surat 6.20, Plinius yang Muda menuliskan tentang pengalamannya ketika menunggu kabar dari sang Paman. Begitu getarannya semakin sering dan ganas, ia dan ibunya meninggalkan rumah di Misenum. Keduanya terjebak dalam kerumunan besar orang yang juga berusaha melarikan diri.