Plinius yang Muda menggambarkan saat yang menakutkan ketika siang hari menghilang. Mereka berada dalam kegelapan yang tak tertembus. Abu dan batu apung menimpa sehingga membahayakan pelarian.
Dalam detail yang mengerikan, Plinius yang Muda mengingat dengan jelas tangisan pedih anak-anak. Mereka terpisah dari orang tua mereka dalam kekacauan akibat amukan Vesuvius.
Tidak punya pilihan, Plinus yang Muda kembali ke Misenum bersama sang Ibu. Meski rusak, rumahnya masih tetap berdiri dan bisa memberikan perlindungan. Di sanalah ia menunggu kabar dari sang Paman.
Sumber informasi penting tentang erupsi Gunung Vesuvius
Catatan Plinius yang Muda tentang kematian pamannya mencakup banyak informasi terperinci tentang berbagai tahap letusan Gunung Vesuvius. Meskipun ia menulis 27 tahun setelah peristiwa itu, bukti utamanya didasarkan pada kesaksiannya sendiri dan laporan dari para penyintas.
Sumber kuno ini digunakan oleh para arkeolog dan ahli vulkanologi selama berabad-abad untuk memahami tentang letusan Gunung Vesuvius. Juga bagi para arkeolog yang mempelajari tentang kehancuran dan pelestarian yang luar biasa dari kota terdekat Pompeii. Dalam sebuah studi penting, Sigurdsson et al. (1982) berpendapat bahwa catatan Plinius yang Muda mengungkapkan bahwa letusan Gunung Vesuvius terjadi dalam dua fase utama. Fase pertama dari abu jatuh dan batu apung kemudian diikuti oleh fase kedua dari longsoran abu panas. Fakta ini membantu para arkeolog untuk memahami lebih jelas bagaimana penduduk Pompeii tewas.
Selain itu, penjelasan dalam surat kepada Tacitus memungkinkan rekonstruksi garis waktu letusan dengan cukup akurat. “Berkat kemajuan teknologi, para ahli menyatakan bahwa narasi Plinius sebagian besar akurat,” imbuh Hayward.