Nationalgeographic.co.id—Pada tahun 2018, para arkeolog menemukan hal yang mengejutkan di Swaga Swaga Game Reserve di Tanzania tengah: 52 rock shelter (ceruk/batu pelindung) yang sebelumnya tidak berdokumen, sengaja dicat dengan seni cadas. Rock shelter adalah jenis permukiman pada Zaman Batu yang berbentuk dinding batuan yang di bagian atasnya menjorok ke luar.
Pelapukan sebagian besar batu telah menghancurkan semua kecuali segelintir seni cadas tersebut. Dari semua gambar cadas yang terawetkan dan tersisa itu, ada satu yang kini menjadi teka-teki.
Situs tersebut, bernama Amak'hee 4, dilukis dengan rumit dengan dekorasi seni figuratif. Gambar yang dibuat di sana mencakup tiga sosok misterius antropomorfik dengan kepala yang sangat besar.
Menurut arkeolog Maciej Grzelczyk dari Jagiellonian University di Polandia, gambar cadas ini bisa menjadi petunjuk untuk mencari tahu hal yang lain. Misalnya, siapa trio tokoh serupa yang ditemukan di panel-panel seni cadas lainnya.
Panel Amak'hee 4 ini sulit untuk ditentukan tahun persis pembuatannya. Namun pada tahun 2021 Grzelczyk dapat mengukur bahwa usianya setidaknya beberapa ratus tahun. Panel itu hampir seluruhnya dicat dengan pigmen merah, kecuali lima figur berwarna putih.
Pelapukan pada pigmen ini, dan tidak adanya sisa hewan peliharaan, menunjukkan bahwa panel itu cukup tua. Panel ini diyakini berasal dari zaman masyarakat pemburu-pengumpul di wilayah tersebut.
Di panel ini tergambar hewan-hewan yang tampak menyerupai rusa kutub, eland, kerbau, dan bahkan jerapah, serta segelintir sosok mirip manusia dengan kepala besar. Tapi ada satu kelompok yang menonjol.
"Yang paling penting di antara lukisan Amak'hee 4 adalah pemandangan yang berpusat di sekitar tiga gambar," tulis Grzelczyk dalam makalahnya yang terbit di jurnal Antiquity pada tahun 2021, seperti dilansir Science Alert.
"Dalam trio ini, sosok-sosok itu tampaknya menampilkan kepala kerbau yang bergaya." Grzelczyk mencatat, tanduk kerbau memang memainkan peran penting dalam beberapa ritual Sandawe.
Apa pun itu, sosok-sosok aneh itu bukannya tanpa preseden. Tidak jauh dari Amak'hee 4, di wilayah Kondoa di Tanzania tengah, dua lukisan di rock shelter lain memiliki kemiripan yang kuat dengan ketiganya.
Di situs Kolo B2, tiga sosok digambarkan berdiri bersama. Di Kolo B1, tiga sosok digambarkan secara horizontal, meskipun berbaring di tanah.
Baca Juga: Gambar Cadas Purbakala di Sulawesi Terancam Rusak oleh Perubahan Iklim
Baca Juga: Menyingkap dan Memetakan Keunikan Gambar Cadas di Perairan Papua
Baca Juga: Seniman-Seniman Lukis Pertama di Dunia Berasal dari Indonesia?
Ketiga situs tersebut menampilkan sosok yang mirip, dengan kepala besar. Di ketiga situs itu juga, sosok-sosok tersebut dihubungkan oleh garis di bagian tengahnya. Dan ketiganya memiliki susunan dan arah tangan dan lengan yang serupa.
Amak'hee 4 memang memiliki beberapa perbedaan penting. Kepala-kepala sosok-sosok tersebut tampak diisi dengan warna solid, dan sosok-sosok itu tampak jauh lebih penting dari gambar lainnya.
"Sosok-sosok dari Amak'hee 4 terlihat lebih besar daripada yang ada di Kolo, dan menjadikan motif utama ini sebagai titik fokus utama dalam sisa narasi yang dibuat. Sebaliknya, gambar-gambar di Kolo adalah penggambaran yang terisolasi, tanpa hubungan yang jelas dengan lukisan-lukisan lainnya," tulis Grzelczyk.
Di Kondoa, beberapa situs seni cadas masih digunakan oleh Sandawe untuk berbagai kegiatan ritual. Situs-situs yang baru didokumentasikan ini juga diketahui oleh masyarakat setempat. Jadi mungkin saja mereka dapat menjelaskan arti dari sosok-sosok misterius tersebut.