Nationalgeographic.co.id—Pertandingan gladiator menjadi salah satu hiburan favorit orang Romawi. Untuk membuat penonton tetap duduk di bangkunya, penyelenggara acara harus bisa memutar otaknya. Hewan buas pun akhirnya dimanfaatkan dengan cara yang tidak biasa: para tahanan dijadikan umpan untuk binatang buas. Kesadisan pertunjukan paruh waktu Romawi 'damnatio ad bestias' berhasil membuat penonton tetap berada di tempat duduknya.
Di tengah keramaian amfiteater, pintu jebakan di lantai arena dibuka. Singa, beruang, babi hutan, dan macan tutul bergegas masuk ke arena. Hewan-hewan kelaparan itu berlari ke arah para penjahat yang ketakutan. Yang tidak beruntung akan terlempar ke dalam kumpulan cakar dan gigi yang siap mencabik mangsa. Penonton tertawa kegirangan sambil memasang taruhan siapa yang pertama tewas.
Semua kalangan berbondong-bondong menyaksikan pertandingan gladiator
Setiap hari Minggu, semua orang Romawi berbondong-bondong menuju ke amfiteater. Kaya dan miskin, pria dan wanita, anak-anak dan elit bangsawan menyukai hal yang sama. Mereka semua ingin menyaksikan tontonan unik yang dijanjikan kepada penontonnya.
“Bagi para penyelenggara, pertunjukkan gladiator atau pertandingan balap kereta menjadi simbol kekuatan, uang, dan peluang,” ungkap Cristin O'Keefe Aptowicz di laman Live Science. Politisi dan bangsawan mengeluarkan banyak uang untuk menjadi sponsor di sini. Tujuannya untuk mendapatkan dukungan publik.
Semakin ekstrim dan fantastis tontonannya, maka makin populer pertunjukan itu. Pertandingan dapat memengaruhi reputasi penyelenggaranya. Maka pihak penyelenggara harus menyusun acara dengan sebaik mungkin.
Namun tidak semua orang menikmati duduk di bawah terik matahari. Untuk membuat mereka duduk dengan manis di kursi penonton, pertunjukan khusus disediakan. Penuh darah, pertunjukan paruh waktu ini dikenal sebagai damnatio ad bestias, penghukuman oleh binatang buas.
Berawal dari penghormatan kepada orang mati
Dimulai pada 242 Sebelum Masehi ketika dua bersaudara memutuskan untuk merayakan hidup sang Ayah. Mereka memerintahkan budak untuk bertarung sampai mati.
Cara baru untuk memberi penghormatan kepada orang mati (munera) ini pun dengan cepat menarik hati orang Romawi. Segera, masyarakat kaya lainnya mulai memasukkan pertarungan budak ini ke dalam munera mereka. Praktek ini berkembang dari waktu ke waktu menjadi pertandingan gladiator.
Pada tahun 189 Sebelum Masehi, seorang konsul bernama M. Fulvius Nobilior memutuskan untuk melakukan sesuatu yang berbeda. Selain pertandingan gladiator, ia memperkenalkan aksi binatang juga. Di sini, manusia akan bertarung dengan singa dan macan kumbang sampai mati. Perburuan besar-besaran bukanlah bagian dari budaya Romawi. Bangsa Romawi hanya menyerang hewan besar untuk melindungi diri sendiri, keluarga atau ladang mereka.
Nobilior menyadari bahwa pertunjukan hewan melawan manusia akan menarik minat orang Romawi. Dan rencananya pun berhasil.