Kesadisan Pertunjukan Paruh Waktu Romawi 'Damnatio ad Bestias'

By Sysilia Tanhati, Jumat, 8 Juli 2022 | 13:00 WIB
Agar penonton betah, pertunjukan paruh waktu 'damnatio ad bestias' yang sadis pun diselenggarakan. Di sini para tahanan diumpan ke binatang buas. (Henryk Siemiradzki/National Museum in Warsawa )

Dengan lahirnya ‘program hewan’ pertama, sebuah tonggak sejarah yang tidak menyenangkan dicapai dalam evolusi pertandingan Romawi. Di sini, manusia menghadapi sekawanan binatang buas yang kelaparan. Pada saat yang bersamaan, penonton tertawa sambil meneriakkan yel-yel. Kematian seorang penjahat sebanding dengan nilai hiburan yang ditunjukkan lewat pertandingan paruh waktu itu.

Pada tahun 167 Sebelum Masehi, Aemlilus Paullus memberikan hukuman kepada para pembelot. Satu per satu dihancurkan di bawah kaki gajah yang berat. "Tindakan itu dilakukan di depan umum," sejarawan Alison Futrell mencatat dalam bukunya ‘Blood in the Arena’. Ini menjadi sebuah pelajaran bagi mereka yang menantang otoritas Romawi.

Alih-alih bergidik, orang Romawi justru merasa puas dan lega melihat tontonan penuh darah itu. Mereka senang menyaksikan seseorang yang dianggap lebih rendah dari dirinya dilempar ke binatang buas, sejarawan Garrett G. Fagan menuturkan dalam bukunya ‘The Lure of the Arena’.

Peran Julius Caesar dalam pertunjukan damnatio ad bestias

Julius Caesar terbukti menjadi maestro sejati pertama dari pertunjukan ini. Ia mengerti bagaimana pertunjukan dapat dimanipulasi untuk menginspirasi rasa takut, loyalitas dan patriotism. Maka pertunjukan pun digelar dengan cara baru yang cerdik.

Caesar menggunakan hewan eksotis dari wilayah yang baru ditaklukkan untuk mendidik orang Romawi tentang ekspansi kekaisaran. Untuk menjalankan visinya yang sangat spesifik, ia sangat bergantung pada bestiarii. Bestiarii digaji untuk menampung, merawat, membiakkan, dan melatih hewan aneh yang dikumpulkan untuk pertandingan. “Terkadang mereka juga harus melawan hewan buas itu di pertunjukan,” tambah Aptowicz.

Melatih hewan liar

Melatih hewan liar bukanlah tugas yang mudah. Dengan instingnya, hewan liar biasanya akan meringkuk ketakutan jika dipaksa masuk ke arena. Maka hewan-hewan itu perlu dilatih. Jika gagal, eksekusi pun menanti sang Bestarii.

Bestarii harus memutar otak agar bisa menyajikan pertunjukan yang 'menarik' bagi orang Romawi. (Wikipedia)

Mereka mengembangkan rejimen pelatihan terperinci untuk memastikan hewan akan bertindak seperti yang diperintah. Bestiarii bahkan melangkah lebih jauh dengan para tawanan. Ia memberi tahu mereka bagaimana berperilaku di arena untuk menjamin kematian yang cepat tanpa rasa sakit berkepanjangan. Bila berjalan lancar, itu akan menjadi pertunjukan yang menarik. Ironisnya, kerja keras bestarii dianggap sebagai sebuah karya seni.

Kekaisaran Romawi tumbuh seiring dengan ambisi dan arogansi para pemimpinnya. Semakin arogan, egois, dan kejam sang Pemimpin, semakin spektakuler pertandingan itu nantinya.

Kaisar gila Caligula menjadikan damnatio ad bestias sebagai metode eksekusi