Gara-gara Cuaca Buruk, Julius Caesar dan Romawi Gagal Kuasai Britania

By Sysilia Tanhati, Senin, 11 Juli 2022 | 07:30 WIB
Penguasaan atas Britania bisa memuluskan jalan Julius Caesar untuk meraih kekuasaan di Romawi. Namun cuaca buruk gagalkan upaya Julius Caesar kuasai Britania. (Wellcome Images)

Nationalgeographic.co.id—Julius Caesar suka melakukan hal yang berisiko. Pada tahun 55–54 Sebelum Masehi, ia melakukan tindakan berisiko besar: memimpin dua invasi ke Britania. Jika berhasil, kemenangan ini bisa menjadi jalan menuju kekuasaan tertinggi di Romawi. Tetapi, seperti yang diceritakan Guy de la Bédoyère di laman History Extra, semua usahanya gagal. Gara-gara cuaca buruk, Julius Caesar gagal kuasai Britania. Kombinasi dari perencanaan yang tidak matang, kereta musuh, dan cuaca yang buruk hampir membuat karirnya berantakan.

Pada akhir musim panas tahun 55 Sebelum Masehi, Julius Caesar berdiri di pantai utara. Di seberangnya terbentang sebuah pulau, yang menurut kisah para pelancong kaya akan mutiara, timah, emas, dan timah. “Namun alih-alih kekayangan mineral, Caesar lebih tertarik pada oleh posisi strategis pulau tersebut,” ungkap Brenda Ralph Lewis di laman British Heritage.

Ia menyadari bahwa Britania bisa menjadi ancaman baru bagi semua kerja kerasnya selama delapan tahun di Prancis. Selama serangan militernya di Prancis, suku Kelt dari Britania selalu membantu Prancis melawan Caesar. Jika Caesar bisa menguasai pulau Britania, pantai utara Prancis jadi rentan terhadap serangan mendadak tentara Romawi.

Politisi ambisius yang menempuh segala cara untuk mencapai kekuasaan tertinggi

Caesar adalah salah satu politisi dan jenderal paling ambisius dalam sejarah Romawi. Sejak awal ia selalu mengambil risiko, bahkan yang tidak masuk akal sekalipun.

Caesar menginginkan kekuasaan tertinggi. Segala cara dilakukannya untuk mencapai cita-citanya. Ia merayu masyarakat dengan melakukan pertandingan hewan liar dan pertunjukan teater. Suap dilakukannya dengan berani untuk mendapatkan jabatan pontifex maximus (imam kepala).

Selama 9 tahun, Caesar terus melakukan kampanye militer di Galia. Di saat yang bersamaan, ia melihat peluang menggiurkan untuk memperluas daerah kekuasaannya hingga ke Britania. Di masa itu, suku-suku yang menghuni Britania selalu mengundang rasa ingin tahu. Mereka seakan bersembunyi di kabut dengan adat istiadatnya yang unik.

Adat istiadat suku-suku yang mendiami Britania mengundang rasa ingin tahu banyak orang, termasuk Caesar. (Universiteitsbibliotheek UGent)

Caesar mengeklaim Britania telah mendukung Galia dalam perang melawan Romawi. Klaim ini pun jadi alasan yang jelas untuk menyerang pulau itu.

Apakah hanya itu alasan Caesar untuk menginvasi Britania? Atau ini hanya keserakahannya belaka? Suetonius, sejarawan Romawi, mengatakan Caesar tampaknya percaya Britania akan menjadi gudang mutiara untuk menambah koleksinya.

Invasi pertama, menunjuk seorang raja boneka

Untuk melunakkan penduduk Britania, Caesar mengirim Commius untuk menjadi raja boneka. Ia harus meminta penduduk Britania untuk mencari perlindungan kepada Caesar. “Dengan kata lain menyerah padanya,” tambah Bédoyère.

Di akhir musim panas tahun 55 Sebelum Masehi, Caesar dengan tergesa-gesa mengumpulkan armadanya. 38 kapal bisa menampung 2 legiun yang terdiri dari 10.000 prajurit dan kavaleri.

Untuk menyambutnya, penduduk Britania berkumpul di puncak tebing Kent. Mungkin merasa dirinya pintar, Caesar tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi penduduk lokal. Buktinya, pasukan Romawi tidak bisa menyandarkan kapal-kapalnya. Diserang di perairan dalam oleh penduduk Britania, mereka terlalu takut untuk turun.

Orang-orang Britania terlalu pintar untuk bertarung lebih banyak. Mereka sempat memenjarakan Commius namun menyerahkannya ke pasukan Caesar dan menuntut perdamaian. Lagipula Commius tidak dibutuhkan di Britania. Mereka hanya ingin Caesar segera angkat kaki.

Caesar tentu saja menganggap ini sebagai kemenangan. Dia setuju untuk 'mengampuni' penduduk Britania. Dalam keadaan seperti itu, dia tidak punya pilihan. “Perdamaian dibangun,” bualnya untuk menutupi kegagalan.

Sejauh ini pertaruhan Caesar telah membuahkan hasil – sampai titik tertentu. Saat itu, kavaleri yang tersisa sedang dalam perjalanan menuju pulau tersebut. Tetapi di tengah jalan mereka dihadang oleh badai dan terpaksa kembali.

Caesar yang luar biasa itu juga mengabaikan pasang surut selat Inggris dan cuaca buruk yang kerap melanda Britania. Malam sebelumnya, bulan purnama menyebabkan air pasang yang sangat tinggi dan membanjiri kapal yang tersisa. 12 kapal hancur.

Peluang ini tentu membuat penduduk lokal kesenangan. Para kepala suku menyelinap, petani dikumpulkan, kereta perang disiapkan, dan senjata diasah. Di saat yang lain sedang memperbaiki kapan, sebagian prajurit ditugaskan untuk mencari makanan. Alih-alih mendapatkan makanan, prajurit Romawi pun diserang.

Upaya perdamaian dilakukan kembali. Namun penduduk Britania terus menyerang. Kehabisan kesabaran, Caesar pun angkat kaki dari pulau itu dan kembali ke Prancis. Ia berada di pulau Britania selama 3 minggu dan tidak berhasil menguasai penduduknya.

Pukulan jitu atau kegagalan telak?

Kembali ke Galia, ia dianggap telah melakukan pukulan jitu dalam kampanye militer ke Britania. Banyak yang mengira bahwa Caesar telah mengalahkan Britania dengan gagah berani. Pada kenyataannya dia hampir kehilangan seluruh armadanya karena cuaca dan air pasang.

Kekalahan tentu akan menghancurkan karirnya dan membuat musuh-musuhnya gembira.

Tahun berikutnya, Caesar memutuskan untuk melakukan pekerjaannya dengan benar. Kali ini dia berlayar dengan lima legiun dan kavaleri dan Quintus Cicero. Caesar memerintahkan kapal-kapal itu ditarik lebih jauh di pantai berpasir yang lebih lembut. Penduduk Britania seakan menghilang. Caesar pun sesumbar dengan mengatakan mereka takut melihat jumlah tentara yang dibawanya. Kemungkinan besar, orang Britania telah mengetahui bahwa dengan 'menghilang', Caesar harus meninggalkan armadanya dan mencari mereka.

Caesar masuk ke dalam perangkap. Ia masuk sejauh 20 km ke daratan untuk mengusir penduduk lokal dari persembunyiannya.

Keesokan harinya, bencana datang lagi. Empat puluh kapal dihancurkan oleh badai semalam dan kapal yang tersisa membutuhkan perbaikan besar. Caesar harus kembali ke pantai. Pekerjaan perbaikan akan memakan waktu 10 hari yang berharga.

Kesempatan baik bagi penduduk Britania

Kesempatan emas ini pun dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh penduduk Britania. Saat itu, Caesar beralih ke Sungai Thames. Penduduk lokal melawan dengan membentuk kelompok kecil yang bergerilya dan menyerang terus-terusan. Lagi-lagi, kereta dan kavaleri Britania membuat pasukan Romawi tidak berkutik.

Perang gerilya terus berlanjut namun Caesar diselamatkan oleh kesalahan konyol. Kesalahan yang sama ini membantu Claudius kelak menaklukkan Britania satu abad kemudian. Suku-suku lokal yang saling berselisih memberikan keuntungan bagi Romawi.

Dipimpin oleh Cassivellaunus, suku-suku Britania melawan Caesar. Namun tidak semua menyukai pemimpin mereka ini. Salah satunya adalah Trinovantes di Essex yang sangat membencinya. Trinovantes pun meminta bantuan Caesar. Dengan dukungan Trinovantes, suku-suku lain pun akan ikut mendukung Romawi.

Pertarungan gigih membuat Cassivellaunus menyerah. Meski sudah tertangkap, Cassivellaunus masih bisa menghasut suku-suku di Kent untuk melawan Caesar. Namun rencananya gagal, Caesar dengan penuh semangat memanfaatkan kesempatannya ketika Cassivellaunus meminta gencatan senjata.

Caesar menegosiasikan sebuah perjanjian dengan angkuh, seolah-olah telah memenangkan kemenangan besar. Pemimpin yang ambisius ini mengajukan perdamaian, sandera, dan upeti.

Cassivelaunus berjanji untuk mematuhinya, tetapi di sisi lain, Caesar sudah tidak sabar untuk segera angkat kaki dari pulau itu. Yang diinginkannya hanyalah menjauh dari pulau yang tidak ramah ini, dari cuacanya yang buruk, dan penghuninya yang licik. Saat itu pertengahan September dan Caesar perlu mempersiapkan diri untuk musim dingin dan berpolitik di Romawi.

Apakah Caesar memenangkan pertempuran di Britania?

Ketika menulis kisah tentang pertempurannya di Britania, Caesar tidak cukup bodoh untuk berpura-pura semuanya berjalan lancar. Berita tentang segala kesulitan yang dihadapi tentaranya pun sampai ke telinga orang Romawi. Namun sang Jenderal rupanya cukup pintar untuk menyajikannya sebagai kemenangan atas kesulitan. Tetapi bisa jadi ia juga terlalu membesar-besarkan masalah untuk memperkuat prestasinya.

Hanya dengan pergi ke Britania, Caesar telah menetapkan tolok ukur untuk keberanian. Jika Caesar tidak pernah peduli dengan Britania, mungkin Claudius akan mencari kemenangannya di tempat lain. (Lionel Royer)

Seakan jadi aib, Caesar jarang menyebut tentang Britania lagi. Kisah tentang invasinya sebagian besar diketahui dari surat-surat Cicero dan beberapa referensi lain yang tersebar.

Apakah upaya Caesar sia-sia? Seabad kemudian, Kaisar Claudius berhasil menaklukkan Britania. Pada saat itu, Claudius membutuhkan satu kemenangan besar untuk membuktikan bahwa ia adalah kaisar yang hebat.

Hanya dengan pergi ke Britania, Caesar telah menetapkan tolok ukur untuk keberanian. Jika Caesar tidak pernah peduli dengan Britania, mungkin Claudius akan mencari kemenangannya di tempat lain.

Dalam kehidupan Caesar yang luar biasa, invasi ke Britania seakan seperti sebuah pertunjukan tambahan belaka. Namun ia tidak menyadari, invasi ini mengatur serangkaian peristiwa yang mengubah sejarah pulau tersebut selamanya. “Bahkan bergema hingga kini di tengah hubungannya yang selalu berubah dengan wilayah Eropa lainnya,” tutur Bédoyère.