Sinyal kimia yang dimaksud adalah hasil campuran kimia dari seskuiterpen yang mudah menguap, dan profil hidrokarbon kutikula inang alami pada mayat yang diubah oleh jamur. Hal ini memunculkan wangi yang kuat untuk bisa menarik penjantan.
"Pengamatan kami menunjukkan bahwa ini adalah strategi yang sangat disengaja untuk jamur. Ini adalah ahli menipu ulung--dan ini sangat menarik," De Fine Licht berpendapat.
Dalam pengamatannya, lalat rumah jantan yang sehat merespon senyawa itu dan tertarik untuk bersenggama. Ketika lalat jantan bersenggama dengan bangkai lalat betina, spora jamur menerpanya. Secara otomatis, lalat jantan itu akan jadi zombi--nasib mengerikan yang sama--dan E. muscae bisa tetap melangsungkan kehidupannya.
Pengamatan ini diungkap oleh De Fine Licht dan rekan-rekan setelah mengamati lalat rumah di lab. 73 persen dari lalat jantan yang diamati, kawin dengan bangkai lalat betina yang terinfeksi jamur 25-30 jam sebelumnya. Sementara ada 15 persen pejantan yang kawin dengan bangkai betina yang sudah mati selama tiga sampai delapan jam.
"Kami melihat bahwa semakin lama lalat betina mati, semakin memikat lalat jantan. Ini dikarenakan jumlah spora jamur meningkat seiring waktu, yang meningkatkan aroma yang menggoda," jelas De Fine Licht.
Para peneliti juga mengamati genetika jamur melalu pengurutan RNA, dan kebiasaan seksual lalat jantan. "Lalat [adalah makhluk] tidak higienis dan dapat membuat manusia dan hewan sakit dengan menyebarkan bakteri coli dan penyakit apa pun yang dibawanya,” tuturnya.
“Jadi, ada insentif untuk membatasi populasi lalat rumah, di kawasan penghasil makanan misalnya.”
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo