Nationalgeographic.co.id - Cerita dari film Resident Evil dan Train to Busan menggambarkan betapa seramnya zombi. Mayat hidup itu mengincar apa saja yang masih hidup, dan jika terinfeksi akan menjadi zombi yang berbahaya juga.
Cerita zombi yang terinfeksi suatu penyakit di cerita fiksi, sangat mirip dengan jamur Entomophthora muscae. Jamur patogen itu tersebar luas dan bisa menginfeksi lalat rumah dengan spora yang mematikan.
Pada laporan sebelumnya, jamur patogen seperti ini ditemukan jenis barunya yaitu Strongwellsea tigrinae dan Strongwellsea acerosa. Kedua jenis jamur yang baru ditemukan itu ditemukan pada spesies lalat C. tigrina dan C. testacea yang biasanya ada di Denmark.
Meski demikian, tiga jenis jamur itu tidak menginfeksi manusia. Kasusnya baru ditemukan pada lalat dan membuatnya menjadi 'hidup' kembali seperti zombi. Pun, seandainya wabah zombi benar-benar bisa menyerang manusia dan merebak, kita sudah ada protokolnya yang disiapkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS.
Penelitian terbaru menemukan pengaruh yang unik pada E. muscae. Jamur patogen ini punya taktik untuk memastikan kelangsungan hidupnya. Caranya, ia 'menyihir' lalat rumah jantan, kemudian mendorongnya untuk bersenggama dengan mayat (nekrofilia) lalat betina yang terinfeksi jamur.
Ketika jamur menginfeksi lalat betina dengan sporanya, jamur akan menyebar sampai inangnya perlahan-lahan dimakan hidup-hidup dari dalam. Butuh sekitar enam hari untuk jamur bisa mengambil alih perilaku lalat betina.
Perlahan-lahan, lalat betina seperti mabuk, kemudian mati. Pada titik ini, jamur melepaskan sinyal kimia yang disebut sebagai sesquiterpen untuk menggoda lalat jantan. Temuan ini dipublikasikan di The ISME Journal 13 Juli 2022.
"Sinyal kimia bertindak sebagai feromon yang menyihir lalat jantan dan menyebabkan dorongan luar biasa bagi mereka untuk kawin dengan bangkai betina tak bernyawa," jelas salah satu peneliti Henrik De Fine Licht di dalam rilis. Dia adalah profesor di Department of Plant and Environmental Sciences, University of Copenhagen, Denmark.
Baca Juga: Saat Kita Mati, Beberapa Gen di Otak Kita Malah Hidup Seperti Zombi
Baca Juga: Cerita di Balik Jiangshi, Mayat Hidup Melompat dari Tiongkok
Baca Juga: Film Zombie Baik untuk Mental Saat Menghadapi Pagebluk Covid-19
Baca Juga: Kecanduan Gawai Bagai Zombi? Berikut Cara Untuk Menghentikannya
Sinyal kimia yang dimaksud adalah hasil campuran kimia dari seskuiterpen yang mudah menguap, dan profil hidrokarbon kutikula inang alami pada mayat yang diubah oleh jamur. Hal ini memunculkan wangi yang kuat untuk bisa menarik penjantan.
"Pengamatan kami menunjukkan bahwa ini adalah strategi yang sangat disengaja untuk jamur. Ini adalah ahli menipu ulung--dan ini sangat menarik," De Fine Licht berpendapat.
Dalam pengamatannya, lalat rumah jantan yang sehat merespon senyawa itu dan tertarik untuk bersenggama. Ketika lalat jantan bersenggama dengan bangkai lalat betina, spora jamur menerpanya. Secara otomatis, lalat jantan itu akan jadi zombi--nasib mengerikan yang sama--dan E. muscae bisa tetap melangsungkan kehidupannya.
Pengamatan ini diungkap oleh De Fine Licht dan rekan-rekan setelah mengamati lalat rumah di lab. 73 persen dari lalat jantan yang diamati, kawin dengan bangkai lalat betina yang terinfeksi jamur 25-30 jam sebelumnya. Sementara ada 15 persen pejantan yang kawin dengan bangkai betina yang sudah mati selama tiga sampai delapan jam.
"Kami melihat bahwa semakin lama lalat betina mati, semakin memikat lalat jantan. Ini dikarenakan jumlah spora jamur meningkat seiring waktu, yang meningkatkan aroma yang menggoda," jelas De Fine Licht.
Para peneliti juga mengamati genetika jamur melalu pengurutan RNA, dan kebiasaan seksual lalat jantan. "Lalat [adalah makhluk] tidak higienis dan dapat membuat manusia dan hewan sakit dengan menyebarkan bakteri coli dan penyakit apa pun yang dibawanya,” tuturnya.
“Jadi, ada insentif untuk membatasi populasi lalat rumah, di kawasan penghasil makanan misalnya.”
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo