Liontin-Liontin Tulang Manusia di Rusia Menimbulkan Banyak Pertanyaan

By Ricky Jenihansen, Sabtu, 16 Juli 2022 | 13:00 WIB
Sebanyak 90 gigi dan tulang ditempatkan di sebelah pinggul dan paha tubuh di kuburan kuno di Rusia. (Tom Björklund)

Nationalgeographic.co.id—Pada zaman batu, liontin adalah simbolisme kuat yang dibuat dari gigi dan tulang binatang. Liontin itu menghiasi tubuh atau pakaian dan menjadi aksesoris. Akan tetapi ternyata, penelitian baru dari University of Helsinki menunjukan bahwa tulang manusia juga digunakan sebagai bahan baku untuk liontin.

Temuan ini cukup sensasional. Karena benda-benda itu adalah potongan tulang sederhana dengan satu atau beberapa alur yang dipotong di dalamnya. Dalam penelitian sebelumnya, tulang-tulang itu diklasifikasikan sebagai tulang hewan.

Liontin tulang manusia menimbulkan banyak pertanyaan. Dari tulang siapa mereka dibuat dan bagaimana tulang itu diperoleh? Apakah orang-orang yang memakai liontin itu tahu dari tulang siapa mereka terbuat? Apakah asal usul tulang membuat perbedaan?

Pada penelitian ini, para peneliti memeriksa kembali temuan permakaman yang berusia lebih dari 8.200 tahun. Tulang-tulang tersebut ditemukan sekitar 80 tahun yang lalu dalam penggalian arkeologis.

Pada tahun 1930-an, penggalian arkeologis dilakukan di pulau Yuzhniy Oleniy Ostrov di Danau Onega, Rusia. Tulang-tulang itu merupakan sisa-sisa orang yang meninggal dan berbagai benda dari 177 kuburan digali.

Di antara aksesoris yang ditemukan, terdapat liontin gigi hewan dan patung mini, rusa Eurasia, berang-berang, dan beruang cokelat. Dan itu semua sepertinya merupakan hewan yang penting bagi orang-orang ini.

Dua liontin yang terbuat dari tulang paha manusia yang sama. (Anna Malyutina/ Peter the Great Museum od Anthropology and Ethnography)

Namun di antara liontin gigi ada liontin yang terbuat dari tulang yang bentuknya tidak memungkinkan untuk mengidentifikasi spesiesnya. Proyek penelitian Animals Make Identities di University of Helsinki mulai menyelidiki tulang-tulang tersebut.

Lektor Kepala Kristiina Mannermaa, pemimpin proyek, dan rekan-rekannya mengirim liontin tulang yang ditemukan di kuburan ke fasilitas penelitian BioArCh di University of York. Agar sampel itu dapat dianalisis menggunakan teknik zooarchaeology by mass spectrometry (ZooMS).

Dengan bantuan spektrometri massa, teknik ini mengidentifikasi spesies dari peptida, atau asam amino, yang diekstraksi dari protein yang terkandung dalam sampel tulang yang sangat kecil.

Hasilnya mengejutkan, 12 dari 37 sampel ternyata adalah tulang manusia. Sementaranya sisa liontin dibuat terutama dari tulang rusa dan sapi.

Liontin tulang manusia adalah serpihan tulang panjang yang patah dengan berbagai ukuran, dengan satu atau dua alur dipotong di dalamnya. Mereka berasal dari tiga kuburan, salah satunya berisi dua orang yang sudah meninggal. Liontin ditemukan di tempat yang sama dengan liontin gigi dan liontin tulang hewan.