Menurut Plutarch, Homer sang penulis legendaris Yunani muncul dalam mimpi Aleksander Agung. Dalam mimpinya itu Homer berkata: "Sekarang, ada sebuah pulau di tengah gelombang deras lautan, jauh di lepas pantai Mesir. Mereka menyebutnya Pharos. Ada pelabuhan yang nyaman di sana." Ketika Aleksander terbangun, dia mencari pulau itu. Setelah menemukannya, ia mengatakan bahwa penyair kuno itu juga seorang arsitek yang sangat bijaksana.
Mercusuar dibangun sebuah pulau kecil, letaknya di bagian paling barat pulau Pharos. Menara mercusuar adalah struktur tunggal. Ini adalah mercusuar dengan struktur tunggal yang paling awal diciptakan oleh peradaban manapun. Meminjam nama pulau tetangganya, mercusuar ini kelak menjadi salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno.
Pendiri dinasti Yunani dari firaun Mesir, Ptolemaios I Soter, memprakarsai pembangunan mercusuar Alexandria. Ptolemaios I adalah seorang bangsawan Makedonia yang menguasai Mesir setelah kematian Aleksander pada 323 Sebelum Masehi.
Proyek ini selesai pada masa pemerintahan putranya, Ptolemaios II Philadelphus. Menurut Plinius yang Tua, sejarawan Romawi, nama arsitek ditulis pada struktur bangunan itu sendiri. Salah satu dari Ptolemaios dengan baik hati mengizinkan Sostratus dari Cnidus untuk menorehkan namanya.
Lucian, seorang penulis dari abad kedua Masehi berpendapat lain. "Setelah dia membangun karya itu, dia menulis namanya di bagian dalam batu. Kemudian menutupinya dengan gypsum. Dan setelah menyembunyikannya, barulah ia menuliskan nama dari raja yang memerintah. Dia tahu, bahwa dalam waktu yang sangat singkat tulisan itu akan hilang bersama plester. Kemudian namanya akan terungkap."
Menyalanya suar megah
Bangunan itu, seperti banyak konstruksi yang didirikan oleh firaun Ptolemaios pertama, sangat megah. Plinius mencatat bahwa pembangunannya membutuhkan 800 talenta (sekitar 23 ton perak)—kira-kira sepersepuluh dari seluruh perbendaharaan raja. Sebagai perbandingan, Parthenon, yang dibangun satu setengah abad sebelum mercusuar, menelan biaya sekitar 469 talenta.
"Mercusuar melakukan tugasnya dengan sempurna," ujar Tobalina. Di siang hari, para pelaut dapat menggunakannya untuk bernavigasi. Pada malam hari, berkat penerangan dari mercusuar, pelabuhan pun dapat terlihat oleh pelaut.
Memiliki tinggi 100 meter, mercusuar tersebut dapat dilihat dari jarak 55 km, menurut sejarawan Yahudi Josephus. Api yang menyala di puncaknya sangat terang, sehingga bisa disalahartikan sebagai bintang dalam kegelapan. Di siang hari, asap yang keluar dari mercusuar pun terlihat dari jarak jauh. Para peneliti percaya bahwa api tersebut dinyalakan dengan minyak atau papirus, alih-alih dari kayu. "Di masa itu, kayu cukup langka di Mesir," tambah Tobalina.
Papan logam besar yang mengilap atau mungkin semacam kaca dipasang untuk memantulkan pancaran nyala api. Pada abad pertengahan, para penulis Arab berpendapat bahwa logam atau kaca itu memiliki fungsi seperti kaca pembesar. Ini dapat mengatur kekuatan matahari terhadap kapal musuh yang mendekati Pelabuhan dengan membakarnya sebelum mereka menginjak pelabuhan.
Beberapa ahli juga mempertimbangkan kemungkinan bahwa mercusuar juga berfungsi sebagai "klakson kabut" kuno. Seperti klakson atau bel, mercusuar akan berbunyi ketika pantai diselimuti kabut. Catatan berbahasa Arab menggambarkan "suara-suara mengerikan" yang keluar dari bangunan tersebut. Mekanisme yang tepat untuk peringatan audio belum diidentifikasi. Beberapa berspekulasi bahwa triton yang meniup cangkang keong di sepanjang tingkat paling atas mercusuar.