Selama penelitiannya, Tuck juga menemukan bukti pemukiman kembali untuk beberapa wanita dan budak yang dibebaskan. Banyak pengungsi menikah satu sama lain, bahkan setelah mereka pindah ke kota-kota baru. Misalnya Vettia Sabina, dimakamkan di sebuah makam keluarga di Naples dengan tulisan "have" di nisannya. Kata "have" adalah oscan, dialek yang diucapkan di Pompeii. "Artinya 'selamat datang', biasa ditemukan di lantai di depan rumah sebagai ‘karpet’ selamat datang di Pompeii," kata Tuck.
Baca Juga: Melihat Kediaman Kaisar Hadrian yang Luasnya Melebihi Kota Pompeii
Baca Juga: Dahsyatnya Letusan Vesuvius, Hanya Butuh 15 Menit Musnahkan Pompeii
Baca Juga: Villa Papyri, Satu-satunya Perpustakaan yang Dipulihkan di Zaman Kuno
Jika para pengungsi memiliki nama keluarga yang unik, penelusuran dapat dengan mudah dilakukan. Banyak orang asing, migran, dan budak tidak mencatat nama keluarga, sehingga membuat mereka sulit dilacak.
Kematian Plinius yang Tua, pengamat alam dan komandan armada Romawi
Salah satu korban amukan Vesuvius adalah Plinius yang Tua. Ia adalah penulis, pengamat alam, filsuf, serta komandan armada darat dan laut Kekaisaran Romawi. Dalam surat sang keponakan, Plinius yang Muda, ia menggambarkan tentang kematian pamannya serta suasana saat letusan terjadi.
Ia menuliskan tentang pengalamannya ketika menunggu kabar dari sang Paman. Begitu getarannya semakin sering dan ganas, ia dan ibunya meninggalkan rumah di Misenum. Keduanya terjebak dalam kerumunan besar orang yang juga berusaha melarikan diri.
Plinius yang Muda menggambarkan saat yang menakutkan ketika siang hari menghilang. Mereka berada dalam kegelapan yang tak tertembus. Abu dan batu apung menimpa sehingga membahayakan pelarian.
Dalam detail yang mengerikan, Plinius yang Muda mengingat dengan jelas tangisan pedih anak-anak. Mereka terpisah dari orang tua mereka dalam kekacauan akibat amukan Vesuvius.
Suratnya menjadi kesaksian dan laporan penyintas letusan Vesuvius. Kemudian digunakan peneliti untuk memahami soal letusan Vesuvius serta kehancuran dan pelestarian yang luar biasa dari kota terdekat.
Sang kaisar mengambil kredit dalam pembangunan infrastruktur
Mengenai infrastruktur publik, Tuck menemukan bahwa Kaisar Romawi Titus memberikan uang ke kota-kota yang menjadi pusat pengungsi. Uang ini sebenarnya berasal dari Pompeii dan Herculaneum. Pada dasarnya, pemerintah membantu dirinya sendiri dengan uang siapa pun yang meninggal dalam letusan yang tidak memiliki ahli waris. Kemudian, uang ini diberikan kepada kota-kota dengan pengungsi.
“Namun Titus mengambil kredit untuk setiap infrastruktur publik yang dibangun,” ujar Tuck. "Orang-orang yang uangnya masuk ke dana itu tidak pernah mendapat kredit," katanya.
Meskipun demikian, infrastruktur baru kemungkinan membantu para pengungsi menetap di rumah baru mereka.
"Kota Pompeii dan Herculaneum hilang," kata Tuck. "Tetapi pemerintah jelas membangun lingkungan baru, saluran air dan bangunan umum di komunitas tempat pengungsi menetap."