Nationalgeographic.co.id—24 Agustus 79 Masehi merupakan salah satu hari yang tidak terlupakan dalam sejarah dunia Romawi. Di hari itu, lanskap Teluk Napoli berubah selamanya akibat letusan Gunung Vesuvius. Bencana ini menghancurkan kota, rumah, dan menewaskan ribuan orang. Termasuk Plinius yang Tua. Keponakannya menceritakan upaya si Pengamat Alam Romawi menyelamatkan diri dari letusan Vesuvius.
Mirisnya, kisah kematian Plinius yang Tua sama terkenalnya dengan prestasinya. Sang Keponakan, Plinius yang Muda, membeberkan potret menarik dari seorang pengamat alam pemberani. Catatannya menjadi salah satu tulisan berharga dari hari yang tidak terlupakan dalam sejarah Romawi kuno.
Plinius yang Tua dan keponakannya
Lahir sekitar tahun 23-24 Masehi, Plinius yang tua memegang posisi penting di Kekaisaran Romawi. Ia juga seorang penulis dan pengamat alam yang disegani. Karyanya, Natural History, merupakan sebuah ensiklopedia yang mencakup berbagai topik.
Pada tahun 79 Masehi, Plinius yang Tua diangkat sebagai komandan armada angkatan laut Romawi. Posisi militer bergengsi ini membuatnya ditempatkan di pangkalan armada di Misenum. “Letaknya sekitar 50 kilometer ke atas pantai dari Gunung Vesuvius dan Pompeii,” ungkap Laura Hayward dilansir dari laman The Collector.
Sang Keponakan, Gaius Plinius Caecilius Secundus, lahir pada tahun 61 Masehi. Sepeninggal sang Ayah, ia tinggal bersama pamannya, Plinius yang Tua. Terinspirasi dengan pamannya itu, ia kerap melakukan pengamatan ilmiah.
Plinius yang Muda juga menerbitkan banyak koleksi surat yang mengisahkan tentang kehidupan dan politik Romawi pada abad pertama. Salah satu yang terkenal adalah surat yang membeberkan tentang detik-detik terakhir menjelang kematian tragis Plinius yang Tua.
Tacitus, sejarawan Romawi mendorong Plinius yang Muda untuk memberikan laporan kematian pamannya. "Saya tahu bahwa ketenaran abadi menantinya jika kisah kematiannya dituliskan oleh Anda," kata Tacitus, sejarawan Romawi kuno.
Dalam Surat 6.16 Plinius yang Muda memberikan narasi tentang detail kematian pamannya.
Pada sore hari tanggal 24 Agustus 79 Masehi, Plinius yang Tua sedang mengerjakan tulisan terbarunya. Kakak perempuannyalah yang pertama kali memperhatikan penampakan awan aneh dan menakutkan di kejauhan.
Plinius yang Tua memutuskan untuk melihat lebih dekat. Ia naik untuk mendapatkan pandangan yang lebih baik dari awan. Menyadari bahwa ada yang tidak beres, Plinius yang Tua memerintahkan agar kapal disiapkan untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut. Di saat yang sama, Rectina teman mengirimkan surat untuk meminta bantuannya.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR