Hubungan Genetik Penyakit Alzheimer dan Gangguan Saluran Pencernaan

By Ricky Jenihansen, Rabu, 20 Juli 2022 | 16:00 WIB
Penyakit alzheimer dan gangguan saluran pencernaan berhubungan. (ChrisChrisW/Getty Images)

Nationalgeographic.co.id—Studi observasional baru menunjukan adanya hubungan antara penyakit alzheimer dan gangguan saluran pencernaan. Temuan tersebut konsisten dengan konsep fenomena usus-otak, namun mekanisme yang mendasarinya belum jelas.

Analisis baru dari studi asosiasi genom tersebut menunjukan adanya tumpang tindih genetik yang positif signifikan. Terdapat korelasi antara penyakit Alzheimer dan penyakit refluks gastroesofageal.

Alzheimer juga berkolerasi dengan penyakit tukak lambung, gastritis-duodenitis, sindrom iritasi usus dan divertikulosis, tetapi bukan penyakit radang usus.

Analisis lengkap studi tersebut telah diterbitkan di journal Communications Biology dengan judl "A large-scale genome-wide cross-trait analysis reveals shared genetic architecture between Alzheimer’s disease and gastrointestinal tract disorders."

Seperti diketahui, penyakit Alzheimer adalah bentuk paling umum dari demensia. Ia ditandai dengan degenerasi saraf dan penurunan progresif dalam kemampuan kognitif.

Pada tahun 2030, lebih dari 82 juta orang dan sekitar 152 juta pada tahun 2050, diproyeksikan menderita penyakit Alzheimer. Sementara penyakit Alzheimer tidak memiliki pengobatan kuratif yang diketahui.

Selain itu, patogenesisnya belum dipahami dengan jelas. Penilaian komprehensif dari genetika bersama dengan penyakit lain dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang mekanisme biologis yang mendasarinya. Itu dapat meningkatkan upaya pengembangan terapi potensial.

Penyakit Alzheimer adalah gangguan otak yang tidak dapat disembuhkan. (Shutterstock)

Bukti yang tersedia menunjukkan komorbiditas atau beberapa bentuk hubungan antara penyakit Alzheimer dan gangguan saluran pencernaan. Meskipun tidak jelas apakah ciri-ciri saluran pencernaan merupakan risiko penyakit Alzheimer atau sebaliknya.

"Studi kami memberikan wawasan baru tentang genetika di balik kemunculan bersama penyakit Alzheimer dan gangguan usus yang diamati," kata Emmanuel Adewuyi, seorang peneliti di Centre for Precision Health and the Collaborative Genomics and Translation Group at Edith Cowan University.

"Ini meningkatkan pemahaman kami tentang penyebab kondisi ini dan mengidentifikasi target baru untuk diselidiki guna mendeteksi penyakit lebih dini dan mengembangkan perawatan baru untuk kedua jenis kondisi tersebut."

Dalam studi tersebut, Adewuyi dan rekan menganalisis data ringkasan dari beberapa studi asosiasi genom. Masing-masing sekitar 400.000 orang.

Mereka mengidentifikasi daerah genom dan gen yang dimiliki oleh penyakit Alzheimer dan gangguan saluran pencernaan yang berpotensi menjadi target untuk penyelidikan lebih lanjut. Khususnya, gen PDE4B (atau subtipenya) yang menjanjikan pada penyakit inflamasi.

"Temuan kami memberikan bukti lebih lanjut untuk mendukung konsep sumbu 'usus-otak', hubungan dua arah antara pusat kognitif dan emosional otak, dan fungsi usus," kata Profesor Simon Laws.

Laws juga seorang peneliti Centre for Precision Health and the Collaborative Genomics and Translation Group at Edith Cowan University dan the Curtin Health Innovation Research Institute at Curtin University.

Ketika para peneliti melakukan analisis lebih lanjut ke dalam genetika bersama, mereka menemukan hubungan penting lainnya antara penyakit Alzheimer dan gangguan saluran pencernaan. Seperti peran yang mungkin dimainkan oleh kolesterol.

Temuan tersebut konsisten dengan konsep fenomena usus-otak, namun mekanisme yang mendasarinya belum jelas. (Adewuyi et al.)

"Tingkat kolesterol yang tidak normal terbukti menjadi risiko penyakit Alzheimer dan gangguan usus," kata Adewuyi.

"Melihat karakteristik genetik dan biologis yang umum pada penyakit Alzheimer dan gangguan usus ini menunjukkan peran kuat untuk metabolisme lipid, sistem kekebalan, dan obat penurun kolesterol."

Sementara studi lebih lanjut, katanya, diperlukan mengenai mekanisme bersama antara kondisi tersebut. Ada bukti kolesterol tinggi dapat berpindah ke sistem saraf pusat, yang mengakibatkan metabolisme kolesterol abnormal di otak.

"Ada juga bukti yang menunjukkan lipid darah abnormal dapat disebabkan atau diperburuk oleh bakteri usus, yang semuanya mendukung peran potensial lipid abnormal pada penyakit Alzheimer dan gangguan usus," ia menjelaskan.

  

Baca Juga: Benarkah Ganja Bantu Sembuhkan Penyakit Alzheimer? Ini Kata Ahli

Baca Juga: Ternyata Penyakit Alzheimer Mempunyai Tiga Kelompok, Apa Sajakah Itu?

Baca Juga: Berpikir Negatif Terus-menerus Berkaitan dengan Gejala Alzheimer

    

"Misalnya, peningkatan kolesterol di otak telah dikaitkan dengan degenerasi otak dan gangguan kognitif selanjutnya."

Meskipun saat ini tidak ada perawatan kuratif yang diketahui, temuan menunjukkan obat penurun kolesterol (statin) dapat bermanfaat secara terapeutik dalam mengobati penyakit Alzheimer dan gangguan saluran pencernaan.

Adewuyi mengatakan, bukti menunjukkan statin memiliki sifat yang membantu mengurangi peradangan, memodulasi kekebalan dan melindungi usus.

"Namun, ada kebutuhan untuk penelitian lebih lanjut dan pasien perlu dinilai secara individual untuk menilai apakah mereka akan mendapat manfaat dari penggunaan statin," kata Adewuyi.

"Penelitian ini juga menunjukkan bahwa diet dapat berperan dalam mengobati dan mencegah penyakit Alzheimer dan gangguan usus."

   

Simak kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan di majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo