Nationalgeographic.co.id—Tim peneliti yang dipimpin peneliti dari George Washington University telah menemukan tiga spesies baru salamander perut hitam. Spesies baru tersebut ditemukan di Pegunungan Appalachian selatan di Amerika Serikat bagian timur.
Spesies baru tersebut berasal dari populasi salamanader perut hitam yang telah lama dianggap sebagai spesies tunggal. Penemuan ini membantu peneliti lebih memahami apa yang disebut spesies 'samar' saat ini.
Penemuan ini menyoroti spesies 'samar' tersebut. Spesies yang digambarkan sebagai spesies yang tidak memiliki perbedaan nyata yang memisahkan populasi yang berbeda secara evolusioner.
Bagi banyak spesies yang disebut 'samar', ini mungkin terbukti sulit ketika mengandalkan morfologi eksternal. Namun, spesies tersebut kemungkinan besar dapat didiagnosis dengan (tetap atau variabel) perbedaan dalam urutan DNA.
Sementara penulis baru-baru ini telah mengusulkan metode urutan DNA, tapi cara ini jarang diadopsi sebagai alat diagnostik utama pada vertebrata.
Selain itu, morfometrik dapat mengungkapkan variasi ukuran dan bentuk yang halus tetapi berbeda. Yang mungkin tidak dispositif untuk mengidentifikasi spesimen individu tetapi tetap dapat mengkarakterisasi perbedaan keseluruhan antara spesies.
Menurut para peneliti, salamander perut hitam ini telah sejak lama dikenal sebagai spesies tunggal selama lebih dari 100 tahun. Tapi pada kenyataanya, tetap memiliki perbedaan halus di antara mereka.
"Salamander perut hitam telah dipelajari secara umum selama lebih dari 100 tahun," kata R. Alexander Pyron, Profesor Biologi Robert F. Griggs di George Washington University yang memimpin penelitian dalam rilis media.
"Pada tahun 2002, spesies kerdil samar ditemukan, dan, pada tahun 2005, bukti DNA mulai menunjukkan masih ada lagi. Baru pada penelitian kami yang didanai NSF pada tahun 2020, kami dapat mengurutkan data skala genom untuk mengetahui bahwa sebenarnya ada lima spesies yang tampak serupa."
Para peneliti memulai dengan mengamati Desmognathus quadramaculatus, spesies salamander yang telah dicirikan dengan buruk sepanjang sejarahnya. Mereka memperhatikan bahwa aspek morfologis, genetik dan geografis tertentu berbeda di antara spesimen.
Perbedaan itu termasuk variasi dalam ukuran, bentuk dan pola warna. Dan setelah mengurutkan genom dari Desmognathus quadramaculatus, para peneliti menemukan lima spesies terpisah.
Tiga di antaranya baru bagi para peneliti. Spesies baru tersebut sekarang dikenal sebagai Desmognathus gvnigeusgwotli, Desmognathus kanawha, dan Desmognathus mavrokoilius.
"Setelah melihat beberapa spesimen, kami melihat variasi fenotipik yang jelas dan substansial di antara sebagian besar garis keturunan," kata Pyron.
"Faktanya, nama 'quadramaculatus', yang digunakan selama lebih dari 120 tahun, bukanlah nama yang tepat untuk kelima spesies ini."
Kami, katanya, melacak spesimen asli di museum di Philadelphia dan Paris dan menemukan bahwa mereka milik spesies yang sama sekali terpisah. "Ini menimbulkan pertanyaan tentang seberapa 'samar' mereka pada akhirnya," Pyron melanjutkan.
"Kami juga menggunakan teknologi yang dikembangkan baru-baru ini untuk menyajikan data urutan DNA untuk spesies ini dalam format yang ringkas dan dapat direproduksi untuk secara permanen nantinya."
Menurut para peneliti, penelitian di masa depan harus menawarkan wawasan tambahan yang substansial tentang sejarah evolusi. Selanjutnya distribusi geografis, interaksi ekologis, dan aspek lain dari salamander perut hitam baru tersebut.
Laporan lengkap penelitian ini telah diterbitkan di Bionomina dengan judul "Nomenclatural solutions for diagnosing ‘cryptic’ species using molecular and morphological data facilitate a taxonomic revision of the Black-bellied Salamanders (Urodela, Desmognathus ‘quadramaculatus’) from the southern Appalachian Mountains."
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo