Selama Perang Yahudi-Romawi Pertama, yang berlangsung dari tahun 66 – 73 Masehi, Sicarii dipimpin oleh seorang Manahem, putra Yudas. Di bawah kepemimpinan Manahem, Sicarii berpartisipasi dalam pemberontakan melawan Romawi.
Setelah merebut benteng tua Herodian di Masada dan menjarah gudang senjatanya, Sicarii melanjutkan perjalanan mereka ke Yerusalem. Di Sini mereka membentuk aliansi dengan kelompok pemberontak Yahudi lainnya. Meskipun para pemberontak berhasil mengusir orang-orang Romawi dari kota, konflik dengan kelompok yang berbeda pun terjadi.
Manahem bermaksud menjadikan dirinya sebagai pemimpin seluruh pemberontakan dengan menobatkan dirinya sebagai raja mesias di Bait Suci. “Tentu saja ini membuat marah pemberontak lainnya,” tambah Mingren. Tak ayal Sicarii pun diserang oleh pemberontak lainnya.
Pada awal pemberontakan, Menahem juga menyatakan dirinya sebagai mesias baru dan mulai bertindak seperti raja. Perilakunya tidak cocok dengan faksi-faksi Yahudi yang lebih moderat.
Baca Juga: Sisi Gelap Romawi: Konflik SARA, Kekerasan, dan Eksploitasi Seks
Baca Juga: Jadi Orang Paling Berkuasa, Bagaimana Kaisar Romawi Bersenang-senang?
Baca Juga: Era Lima Kaisar Baik: Puncak Kemakmuran dan Kekuasaan Romawi
Baca Juga: Simbol Keperkasaan Romawi, Roman Forum Jadi Episentrum Kekaisaran
Manahem akhirnya dikalahkan, ditangkap, disiksa, dan kemudian dieksekusi, bersama dengan banyak pengikut lainnya. Sicarii yang masih hidup, dipimpin oleh Eleazar ben Ya’ir, kerabat Manahem, melarikan diri ke Masada. Tempat ini menjadi benteng pertahanan mereka selama sisa perang. Sicarii tidak berpartisipasi lebih jauh dalam pemberontakan melawan Romawi. Setelah kekalahan terakhir, mereka membatasi tindakan militer mereka pada penjarahan desa-desa Yahudi di sekitar benteng.