Mostafa Minawi, seorang sejarawan di Cornell University, percaya bahwa Kekaisaran Utsmaniyah memiliki potensi untuk berkembang menjadi negara federal multi-etnis dan multi-bahasa modern.
Sebaliknya, menurutnya, Perang Dunia 1 memicu disintegrasi kekaisaran. "Kekaisaran Utsmaniyah bergabung dengan pihak yang kalah," katanya, dikutip dari History.
Akibatnya, ketika perang berakhir, "Pembagian wilayah Kekaisaran Utsmaniyah diputuskan oleh para pemenang."
Di sisi lain, sebelum Perang Dunia 1, Kekaisaran Utsmaniyah telah mengalami kemunduran dan terlambat mengikuti modernisasi. Kekaisaran yang masih sangat bergantung pada pertanian ketika revolusi industri melanda Eropa pada 1700-an hingga 1800-an.
Baca Juga: Suleiman I dari Utsmaniyah, Pengaruhnya bagi Eropa dan Nusantara
Baca Juga: Konstantinopel Berubah Jadi Istanbul Bukan Saat Direbut Sultan Ottoman
Baca Juga: Melihat Bak Mandi Kuno Dari Marmer Seberat Satu Ton di Turki
Kekaisaran juga tidak memiliki industri dan pabrik untuk bersaing dengan Inggris Raya, Prancis dan bahkan Rusia, menurut Michael A. Reynolds, seorang profesor studi Timur Dekat di Princeton University.
Penduduknya yang berpendidikan rendah juga memperburuk keadaan. Terlepas dari upaya untuk meningkatkan pendidikan di tahun 1800-an, Kekaisaran Utsmaniyah tertinggal jauh di belakang para pesaingnya di Eropa dalam hal literasi.
Sehingga pada tahun 1914, diperkirakan hanya antara 5 dan 10 persen penduduknya yang dapat membaca. "Sumber daya manusia Kekaisaran Utsmaniyah, seperti sumber daya alam, relatif belum berkembang," catat Reynolds.
Itu berarti kekaisaran kekurangan perwira militer yang terlatih, insinyur, juru tulis, dokter, dan profesi lainnya.
Akibatnya, pertumbuhan ekonomi kekaisaran lemah, dan surplus pertanian yang dihasilkannya digunakan untuk membayar pinjaman kepada kreditur Eropa. Ketika tiba saatnya untuk berperang dalam Perang Dunia 1.
Kekaisaran Utsmaniyah tidak memiliki kekuatan industri untuk memproduksi persenjataan berat, amunisi dan besi baja yang dibutuhkan untuk membangun rel kereta api untuk mendukung upaya perang.