Nationalgeographic.co.id—Pendeklarasian Julius Caesar sebagai diktator seumur hidup pada tahun 44 Sebelum Masehi menjadi pemicu berakhirnya Republik Romawi. Namun ternyata penyebab utamanya bukan itu saja. Masalah utamanya sudah berlangsung sejak lama dan perlahan menggerogoti republik. Kesenjangan ekonomi karena elit politik rakus dan xenofobia jadi sebab jatuhnya Republik Romawi.
Setelah penaklukan Kartago, Romawi menguasai Yunani dan Spanyol. Perluasan wilayah diikuti dengan penjarahan harta penduduk asli. Sejumlah harta rampasan perang dalam skala yang belum pernah terjadi dibawa ke Roma.
“Banjir kekayaan membuat orang kaya di Roma menjadi lebih kaya daripada yang bisa dibayangkan,” ungkap Mike Duncan, penulis The History of Rome and Revolutions. Lebih banyak dari generasi sebelumnya, sekitar 300.000 keping emas dibawa oleh Legiun ke Roma.
Semua ini terkonsentrasi di tangan elit senator. Para konsul dan jenderal berpendapat bahwa sangat wajar jika harta perang ada di tangan mereka.
“Pada saat yang sama, perang penaklukan ini membuat orang miskin menjadi lebih miskin,” tutur Duncan. Warga negara Romawi diseret untuk berperang ke Spanyol atau Yunani. Operasi militer ini bisa berlangsung selama tiga sampai lima tahun.
Saat mereka pergi, pertanian mereka di Italia hancur karena tidak ada yang mengurusnya. Orang kaya mulai membeli sebidang tanah besar. Ini terjadi pada tahun 130-an dan 140-an, orang-orang Romawi yang miskin “dibeli”.
Mereka akan menjadi pemilik penyewa atau petani penggarap. Kondisi ini memiliki efek yang sangat merusak pada cara tradisional kehidupan ekonomi dan kehidupan politik. Akibatnya, terjadi ketimpangan ekonomi yang meroket.
Tambal sulam pertanian pun terjadi. Pertanian kecil diganti dengan perkebunan luas yang berorientasi komersial.
Sayangnya, para senator yang seharusnya melayani warga kecil tidak melakukan tindakan untuk mencegah hal ini. Tidak pernah ada solusi politik yang baik untuk masalah kepemilikan tanah ini.
Masalah petani warga kecil ini tidak terpecahkan sampai 100 tahun kemudian ketika mereka tidak ada lagi.
Orang miskin merasa Republik Romawi tidak lagi berpihak pada mereka
Ada hal-hal yang bisa dilakukan untuk menahan keruntuhan politik. Orang-orang merasa negara tidak lagi bekerja untuk mereka. Majelis dan Senat tidak mengesahkan undang-undang untuk kepentingan siapa pun kecuali sekelompok kecil elit. “Kebencian ini mengancam legitimasi Republik di mata banyak warga Romawi,” Duncan menambahkan.
Menurut Duncan, meski Senat tidak dapat menghentikan akuisisi perkebunan besar, ada hal lain yang bisa dilakukan. Misalnya menyediakan gandum gratis untuk kota, lapangan kerja, membangun jalan.Para petani kehilangan tanah dan pekerjaan. Senat juga bisa menyediakan tempat tinggal di sekitar lapangan pekerjaan. Semua ini memungkinkan mereka menghasilkan cukup uang untuk menghidupi keluarga mereka.
Reformasi untuk kepentingan pribadi alih-alih warga negara
Gracchi ingin mereformasi sistem Republik untuk memperoleh kekuasaan politik bagi dirinya. Pesaingnya percaya bahwa tindakan Gracchi bersaudara akan menimbulkan dampak yang mengerikan.
Jika Gracchi mampu meloloskan semua undang-undang populer ini, mereka akan memiliki lebih banyak pengaruh. Inilah yang tidak diharapkan oleh pesaingnya dan mereka terpicu untuk menjatuhkan Gracchi. Semua hal dilakukan untuk menghentikan Gracchi dari mendapatkan kemenangan.
Ketika Tiberius Gracchus memperkenalkan Lex Agraria (mendistribusikan kembali tanah kepada warga miskin), Senat menyewa sebuah tribun untuk memvetonya. Ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Sebuah tribun seharusnya menjadi pembela rakyat dan ini adalah RUU yang diperkenalkan Tiberius itu memihak rakyat. Tiberius kemudian dibunuh oleh para senator. Segala cara dihalalkan untuk memastikan pesaing politik tidak memperoleh kemenangan.
Inilah yang sebenarnya melumpuhkan Senat. 100 tahun berfokus pada dinamika internal alih-alih reformasi menyebabkan runtuhnya Republik Romawi.
Kapan pertikaian ini mulai mengancam republik?
Ketika Romawi menjadi negara paling kuat di dunia Mediterania, keluarga senator mengendalikan kekayaan yang tak terbayangkan. Tidak ada pengawasan pada perilaku mereka.
Hal besar lainnya adalah, dengan gaya baru politik populer, mereka menghadapi banyak konfrontasi. Politik Romawi sampai sekitar 146 Sebelum Masehi dibangun di atas konsensus. Orang-orang mulai mengabaikan cara lama yang tak terucapkan dalam berbisnis. Semua ini bergulir seperti menuruni bukit hingga para panglima perang saling bertabrakan.
Masalah kewarganegaraan, bagaimana orang Romawi memutuskan siapa yang bisa menjadi orang Romawi?
Menguasai wilayah taklukan bukan berarti Romawi juga akan “mengambil” penduduk lokal.
Sebuah perjanjian damai akan ditandatangani dan kota itu akan menjadi sekutu Romawi. Italia adalah sebuah konfederasi, sebuah protektorat di bawah naungan Romawi.
Anda bahkan tidak bisa menyebut mereka warga negara kelas dua karena mereka sama sekali bukan warga negara. Penduduk Italia hanyalah sekutu. Selama beberapa ratus tahun ini adalah kesepakatan yang cukup bagus. Mereka tidak perlu membayar banyak pajak dan diizinkan untuk mengatur diri mereka sendiri.
Baca Juga: Karena Hoax, Bangsa Romawi Diperintah oleh Kaisar selama 400 Tahun
Baca Juga: Orang Romawi Suka Makan sambil Berbaring, Apakah Tidak Takut Tersedak?
Baca Juga: Bertransaksi di Rumah Bordil, Orang Romawi Gunakan Koin Khusus
Baca Juga: Fungsi Pemandian Umum Romawi, Tidak Semata-mata untuk Kebersihan
Setelah Romawi semakin besar, penduduk Italia mulai memandang kewarganegaraan Romawi sebagai sesuatu yang menggiurkan. Orang Italia menghadapi tekanan yang sama dari ketidaksetaraan ekonomi tetapi mereka bahkan tidak memiliki suara. Mereka tidak dapat mencalonkan diri dalam politik, tidak memiliki suara politik sama sekali. Maka tidak heran jika penduduk lokal di wilayah jajahan jadi jengkel dan mengharapkan kewarganegaraan yang jelas.
Selama hampir 50 tahun, orang Romawi dengan tegas menolak untuk membiarkan hal ini terjadi. Salah satunya adalah Senat dan kaum plebs. Penolakan ini menjadi salah satu dari sedikit hal yang menyatukan Senat dan kaum plebs. Meski tidak saling menyukai, keduanya bersatu menentang penduduk Italia.
Akhirnya, pada akhir 90-an Sebelum Masehi, ada satu dorongan terakhir bagi orang Italia untuk menjadi warga negara. Orang yang mengajukannya akhirnya terbunuh dan menyebabkan Italia melakukan pemberontakan. Ini menyebabkan perang saudara yang sangat merusak dan hampir menghancurkan republik. Pada akhirnya, orang Italia menjadi warga negara Romawi sepenuhnya.
Jadi, Julius Caesar bukanlah penyebab utama keruntuhan Republik Romawi dan terbentuknya kekaisaran. Jauh sebelum itu, kesenjangan ekonomi serta ketakutan akan orang asing atau xenophobia perlahan menggerogoti republik. Ini termasuk para elit politik yang serakah dan haus kekuasaan.
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo