
Tahun 2009, Egon Heiss dari University of Vienna menemukan bahwa kadal air spanyol dapat memutar rusuk-rusuknya ke depan dan membuatnya menonjol dari kulit seperti duri. Duri-duri ini berfungsi sebagai pertahanan diri terhadap predator.
Mereka juga mengeluarkan zat lengket beracun melalui pori-pori untuk menempatkan lawan mereka ke dalam bahaya yang lebih besar.
Baca juga: ‘Hormon Cinta’ Pada Burung Ini Membuatnya Jadi Murah Hati
Alberto Joven Araus, dari Karolinska Institute di Stockhom, telah mengurutkan genom amfibi ini, dan tak sengaja terkena senjata rahasianya.
“Rasanya seperti banyak jarum kecil menusuk-nusuk permukaan kulit Anda. Meski sulit untuk menyebut berapa banyak tepatnya rusuk yang menusuk, reaksi kita cukup untuk membuat mereka kabur,” tuturnya.
Siput kerucut: harpun mematikan
Siput kerucut memiliki semacam selang, yang tampak seperti belalai gajah dan berguna untuk menyedot makanan.
Dengan harpun serupa jarum, mereka menembakkan racun pelumpuh ke arah mangsa mereka lebih cepat dari yang dapat dilihat oleh mata. Siput kerucut kemudian menyedot mangsanya yang tak berdaya melalui ‘belalai’ mereka. Siput kerucut dapat memangsa hewan sebesar tubuhnya sendiri.
Pithoui bertudung: bulu-bulu beracun
Spesies burung pithoui bertudung dari Papua Nugini “memiliki cukup racun pada bulu-bulu dan kulitnya untuk mengenai tangan Anda saat memegangnya,” ujar Jack Dumbacher, kurator di Ornitology and Mammalogy Department at California Academy of Sciences.
Dumbacher, yang menemukan pertahanan kimiawi burung tersebut di awal tahun 1990-an, pernah mengalami efeknya secara langsung.Terkena racun burung ini di wajah atau mulut “dapat menyebabkan sensasi terbakar dan mati rasa jika jumlahnya cukup banyak.”
Dumbacher, yang menemukan pertahanan kimiawi burung tersebut pada awal tahun 1990-an, pernah mengalami efeknya secara langsung. Jika Anda terkena racun ini di wajah atau mulut, dapat menyebabkan sensasi terbakar dan mati rasa jika jumlahnya cukup banyak.
Baca juga: Ambrosia, Kumbang Unik yang Mencintai Alkohol
Pithoui bertudung memanfaatkan racun yang sama dengan katak panah dari genus Phyllobates. Hanya menyentuhnya saja dapat menyebabkan gejala alergi, kata Dumbacher. Burung ini kemungkinan mendapatkan racun tersebut dari memangsa kumbang mylerid beracun.