Para Penjelajah Baru Saja Menemukan Gua Terdalam di Australia

By Utomo Priyambodo, Rabu, 10 Agustus 2022 | 07:00 WIB
Para penjelajah yang menemukan gua terdalam di Australia. (The Southern Tasmanian Caverneers)

Nationalgeographic.co.id—Pada hari Sabtu akhir bulan Juli lalu, sekelompok penjelajah menemukan gua sedalam 401 meter di Australia. Mereka memberi nama gua itu Delta Variant, masih berada di sistem gua Niggly-Growling Swallet Tasmania di dalam kawasan karst Junee-Florentine.

Kedalaman gua baru ini baru saja mengalahkan pemegang rekor gua terdalam di Australia sebelumnya, Gua Niggly. Gua Delta Variant ini sekitar 4 meter lebih dalam daripada Gua Niggly.

Dengan penurunan yang berlangsung selama 14 jam dan membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk mempersiapkannya, Delta Variant menimbulkan kegemparan di kalangan komunitas penjelajah.

Gua ini memiliki daya tarik yang berbeda bagi peneliti. Salah satunya bagi Gabriel C Rau, Dosen Hidrogeologi di School of Environmental and Life Sciences, University of Newcastle, yang mempelajari interaksi antara air tanah dan batuan, termasuk dalam konteks gua.

Guja ini membantu kita belajar tentang proses alam dan bagaimana iklim bumi telah berubah selama jutaan tahun, tulis Rau dalam sebuah artikel di The Conversation.

"Menarik karena Delta Variant dalam konteks Australia, ini bisa dibilang hanya makanan pembuka di dunia gua yang lebih luas; gua terdalam yang diketahui, terletak di Georgia, masuk lebih dari 2,2 kilometer ke dalam bumi."

Jadi bagaimana tepatnya struktur geologi besar ini terbentuk, tepat di bawah kaki kita?

"Sederhananya, gua-gua terbentuk ketika air yang mengalir perlahan melarutkan batu dalam waktu yang lama. Secara khusus, mereka terbentuk dalam formasi geologi tertentu yang disebut "karst" – yang mencakup struktur yang terbuat dari batu kapur, marmer, dan dolomit," papar Rau.

Karst terbuat dari fosil kecil mikroorganisme, fragmen cangkang, dan puing-puing lainnya yang terakumulasi selama jutaan tahun.

Lama setelah mereka binasa, makhluk-makhluk laut kecil itu meninggalkan cangkang 'kapur' mereka yang terbuat dari kalsium karbonat. Karang-karang juga terbuat dari kalsium karbonat, seperti juga jenis fauna lain yang memiliki kerangka.

Sedimen berkapur ini menumpuk menjadi struktur geologi yang relatif lunak. Saat air menetes ke bawah melalui celah-celah di batu, hal itu terus melarutkan batu untuk perlahan-lahan membentuk sistem gua.

Tidak seperti batuan beku yang jauh lebih keras (semacam granit), batuan berkapur larut saat kontak dengan air yang secara alami bersifat asam. Ketika hujan turun dari langit, air hujan mengambil karbon dioksida dari atmosfer dan tanah di sepanjang jalan, yang membuatnya asam. Semakin asam air, semakin cepat akan mengikis material karst.

Jadi, seperti yang dapat Anda bayangkan, pembentukan gua bisa menjadi sangat kompleks: komposisi spesifik karst, keasaman air, tingkat drainase, dan pengaturan geologis keseluruhan adalah faktor-faktor yang menentukan jenis gua apa yang akan terbentuk.

Dalam geologi, ada banyak dugaan spasial. Mampu melihat seberapa dalam formasi gua adalah seperti masuk ke lapisan kue terdalam. Di dalam sana Anda mungkin tidak menemukan hal yang sama di semua arah.

"Dari sudut pandang penelitian, gua sangat berharga karena mengandung endapan gua (atau 'speleothems') seperti stalagmit dan stalaktit," jelas Rau. "Benda-benda ini terkadang runcing yang mengarah ke atas dari lantai gua, atau terkulai dari langit-langit, atau membentuk batu aliran yang indah."

   

Baca Juga: Membuka Kapsul Waktu, Menjelajahi Gua Tambang Kobalt Abad Ke-19

Baca Juga: Sistem Gua Terpanjang Sedunia Panjangnya Setara Jarak Jakarta-Surabaya

Baca Juga: Tulang Manusia dan Berbagai Hewan Ditemukan di 'Gua Hyena' Arab Saudi 

    

Endapan gua terbentuk sebagai akibat dari air yang melewati gua. Seperti pohon, endapan ini mengandung cincin pertumbuhan (atau lapisan) yang dapat dianalisis. Endapan ini juga dapat mengandung tanda kimia lain yang terkandung dalam air, yang dapat mengungkapkan proses yang terjadi pada saat pembentukan.

"Meskipun tampaknya tidak banyak, kita dapat menggunakan endapan ini untuk mengungkap rahasia masa lalu tentang iklim bumi," tegas Rau.

Karena endapan gua adalah ciri interaksi antara batu dan air selama pembentukan gua, pada dasarnya kita dapat berharap untuk menemukannya di sebagian besar gua.

"Turun jauh ke dalam sistem gua bukanlah prestasi kecil," kata Rau. Menurutnya, eksplorasi gua adalah sesuatu yang terus dilakukan orang-orang, dan itu membawa manfaat besar bagi para peneliti di berbagai sub-bidang geologi.

"Dan meskipun kita telah menempuh perjalanan jauh, selalu ada sudut dan celah yang tidak bisa kita masuki – bagaimanapun juga, manusia tidak kecil."

"Saya yakin ada ruang kecil, terlalu sempit untuk kita jelajahi, yang terbuka ke dalam sistem yang jauh lebih lama atau lebih besar daripada yang pernah kita temukan," tegas Rau.