Perempuan di Antariksa: Bagaimana Jika Astronaut Sedang Menstruasi?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 16 Agustus 2022 | 09:00 WIB
Valentina Tereshkova. Wanita pertama di luar angkasa. Bagaimana jika astronot mengalami menstruasi? Solusinya belum begitu jelas. (Difa Restiasari)

Pilihan pertama adalah amenore yang diinduksi secara medis. Pilihan ini dapat menekan menstruasi dengan mengacaukan alami tubuh, yang dilakukan oleh beberapa metode kontrol kelahiran, seperti pil kontrasepsi yang harus diminum tiap harinya.

"Tetapi masalahnya adalah, untuk misi tiga tahun (katakanlah, ke Mars dan kembali), Anda memerlukan sekitar 1.100 pil untuk mencegah menstruasi–dan penerbangan perlu mengatasi membawa dan membuang semua kemasan, termasuk biaya peluncuran muatan ekstra ke luar angkasa," terangnya. "Masalah yang sama berlaku untuk produk sanitasi."

Pilihan lain adalah menggunakan alat kontrasepsi hormonal (IUD) yang mencapai hasil yang sama lewat pelepasan hormon dosis rendah secara lokal. Beberapa kasus, IUD adalah pilihan yang lebih baik dalam misi penerbangan antariksa. 

Baca Juga: Lama di Luar Angkasa, Menyebabkan Astronaut Mengalami Tulang Keropos

Baca Juga: Bagaimana Jadinya Misi Antariksa Jika Astronautnya Sedang Diare?

Baca Juga: Kelak, Astronaut Akan Bisa Minum Air dari Gunung Berapi Purba di Bulan

Baca Juga: Mengapa Batas Umur Astronaut Wanita dan Pria Berbeda? Ini Alasannya!

    

IUD bisa menunda menstruasi, bahkan bertahun-tahun. Mungkin kelak pilihan ini bisa diberikan saat perjalanan panjang seperti ke Mars. Ketika IUD dilepas pun, wanita bisa melanjutkan siklus alaminya.

"Terlepas dari kemajuan dalam penelitian berbasis ruang angkasa, masih banyak yang belum kita ketahui. Salah satu masalah adalah apa efek kontrasepsi yang berbeda terhadap kepadatan mineral tulang," urainya.

Namun, andaikan di masa depan masalah ini bisa ditangani dan perempuan bebas untuk menstruasi, kelahiran di luar angkasa memungkinkan. Selama ini bermunculan wacana berpindah planet yang jaraknya memakan waktu tidak sebentar. Sayangnya, hal ini menimbulkan masalah lainnya.

"Memiliki bayi di luar angkasa adalah ide yang tidak masuk akal, karena dampak radiasi di luar angkasa akan sangat merugikan anak yang belum lahir--meninggalkannya sebagai bidang penelitian yang sama sekali tidak etis," ungkap Jain. Untuk itu, ia menyarankan, sebaiknya penelitian tentang menekan menstruasi di luar angkasa masih memungkinkan untuk diungkap lebih lanjut.