Pernah bertanya-tanya apakah Anda memiliki kesamaan dengan astronaut? Ternyata ada 206 hal, salah satunya ada di tulang Anda. Bagian tubuh kita inilah yang menjadi fokus studi penelitian tentang pengeroposan tulang pada astronaut, dan pertanyaan penting apakah tulang dapat diperoleh kembali setelah kembali ke Bumi?
Studi TBone dimulai pada tahun 2015 oleh Dr. Steven Boyd, direktur McCaig Institute for Bone and Joint Health dan profesor di Cumming School of Medicine. Studi ini telah mengikuti 17 astronot sebelum dan sesudah penerbangan luar angkasa selama tujuh tahun terakhir untuk memahami apakah tulang dapat segera pulih setelah penerbangan luar angkasa 'durasi panjang'. Temuan ini telah dipublikasikan di jurnal Scientific Reports pada 30 Juni dengan judul Incomplete recovery of bone strength and trabecular microarchitecture at the distal tibia 1 year after return from long duration spaceflight. Meskipun, tidak begitu penting bagi kehidupan di Bumi, penelitian ini sangatlah penting untuk lebih memahami kesehatan tulang secara umum.
"Keropos tulang terjadi pada manusia - seiring bertambahnya usia, cedera, atau skenario apa pun di mana kita tidak dapat menggerakkan tubuh, dan kita kehilangan tulang," kata Dr. Leigh Gabel, asisten profesor di Kinesiology, dan penulis utama studi ini.
"Memahami apa yang terjadi pada astronaut dan bagaimana mereka pulih sangat langka. Ini memungkinkan kita melihat proses yang terjadi di dalam tubuh dalam jangka waktu yang begitu singkat. Kita harus mengikuti seseorang selama beberapa dekade di Bumi untuk melihat jumlah keropos tulang yang sama," jelasnya.
Para peneliti melakukan perjalanan ke Johnson Space Center di Houston, Texas, untuk memindai pergelangan tangan dan pergelangan kaki para astronaut sebelum mereka berangkat ke luar angkasa. Juga saat mereka kembali ke Bumi, dan 6 dan 12 bulan sesudahnya.
"Kami menemukan bahwa tulang yang menahan beban hanya pulih sebagian pada sebagian besar astronaut satu tahun setelah penerbangan luar angkasa," katanya. "Ini menunjukkan keropos tulang permanen akibat penerbangan luar angkasa hampir sama dengan keropos tulang terkait usia satu dekade di Bumi."
Kehilangan ini terjadi karena tulang yang biasanya menahan beban di Bumi, seperti kaki kita, tidak perlu membawa beban dalam gaya berat mikro. Pasalnya, kita hanya cukup mengapung saja.
“Kami telah melihat astronaut yang mengalami kesulitan berjalan karena lemah dan kurang keseimbangan setelah kembali dari luar angkasa, kepada orang lain yang dengan riang mengayuh sepeda mereka di kampus Johnson Space Center untuk menemui kami dalam kunjungan studi. Ada cukup beragam tanggapan di antara mereka, astronaut ketika mereka kembali ke Bumi,” kata Boyd.
"Sama seperti tubuh harus beradaptasi dengan penerbangan luar angkasa pada awal misi, ia juga harus beradaptasi kembali ke medan gravitasi Bumi di akhir," kata Robert Thirsk, Mantan Rektor dan astronaut UCalgary. "Kelelahan, pusing, dan ketidakseimbangan adalah tantangan langsung bagi saya sekembalinya saya. Tulang dan otot membutuhkan waktu paling lama untuk pulih setelah penerbangan luar angkasa. Tetapi dalam satu hari pendaratan, saya merasa nyaman kembali sebagai penduduk Bumi."
Beberapa astronaut yang terbang dalam misi yang lebih pendek di bawah enam bulan, memulihkan kekuatan dan kepadatan tulang di tubuh bagian bawah, dibandingkan dengan mereka yang terbang dalam jangka waktu yang lebih lama.
Ketika misi luar angkasa di masa depan mengeksplorasi perjalanan ke lokasi yang lebih jauh, iterasi studi berikutnya akan mengeksplorasi efek dari perjalanan yang lebih lama, untuk mendukung astronaut yang suatu hari mungkin melakukan perjalanan di luar Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Seperti yang dikatakan Thirsk, "Astronaut akan menjelajah ke luar angkasa pada dekade ini, dan di abad-abad mendatang umat manusia akan mengisi sistem bintang lainnya. Mari kita dorong kembali batas eksplorasi ruang angkasa sekarang untuk membuat visi ini menjadi mungkin."
Source | : | University of Calgary News |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR