Nationalgeographic.co.id—Pada hari-hari musim panas yang paling panas, Anda mungkin tertidur di tengah hari. Mengapa bisa demikian? Di beberapa bagian dunia, bahkan ada sebuah norma budaya untuk menjadwalkan "siesta" atau tidur siang sebentar dan menutup bisnis selama jam-jam terpanas dalam sehari. Ternyata, biologi, bukan hanya budaya, mungkin berada di balik semua misteri ini. Peneliti berusaha mengungkapnya melalui dunia hewan dengan menggunakan model lalat buah.
Suhu memengaruhi rentang perilaku manusia. Mulai dari tingkat makan dan aktivitas hingga siklus tidur-bangun. Kita mungkin memiliki waktu yang lebih sulit untuk tidur di musim panas dan lambat untuk bangun dari tempat tidur pada pagi yang lebih dingin. Tetapi hubungan antara neuron sensorik dan neuron yang mengontrol siklus ini tidak sepenuhnya dipahami.
Ahli neurobiologi Universitas Northwestern telah menemukan beberapa petunjuk tentang apa yang terjadi. Dalam sebuah studi baru yang diterbitkan 17 Agustus di jurnal Current Biology, para peneliti menemukan bahwa lalat buah diprogram untuk tidur siang di tengah hari. Hasil temuan itu diberi judul A thermometer circuit for hot temperature adjusts Drosophila behavior to persistent heat.
Studi ini adalah tindak lanjut dari makalah Biologi 2020 mereka yang mengidentifikasi termometer otak yang hanya aktif dalam cuaca dingin. Makalah baru mengeksplorasi sirkuit "termometer" serupa untuk suhu panas.
"Perubahan suhu memiliki efek kuat pada perilaku manusia dan hewan. Ia memberi hewan isyarat bahwa waktu untuk beradaptasi dengan perubahan musim," kata Marco Gallio, profesor neurobiologi di Weinberg College of Arts and Sciences, seperti dilaporkan Science Daily. "Efek suhu pada tidur bisa sangat ekstrim, dengan beberapa hewan memutuskan untuk tidur sepanjang musim. Bayangkan beruang yang sedang berhibernasi. Akan tetapi sirkuit otak spesifik yang memediasi interaksi antara suhu dan pusat tidur sebagian besar masih belum dipetakan."
Gallio memimpin penelitian dan mengatakan lalat buah adalah model yang sangat baik untuk mempelajari pertanyaan besar seperti "mengapa kita tidur," dan "apa pengaruh tidur bagi otak". Sebab, mereka tidak mencoba mengganggu naluri seperti yang dilakukan manusia. Ketika kita begadang, misalnya. Mereka juga memungkinkan peneliti untuk mempelajari pengaruh isyarat eksternal seperti cahaya dan suhu pada jalur seluler.
Makalah ini adalah yang pertama mengidentifikasi reseptor "panas mutlak" di kepala lalat. Yang merespons suhu di atas sekitar 25 derajat Celcius - suhu favorit lalat. Ternyata, lalat buah laboratorium umum (Drosophila) telah menjajah hampir seluruh planet dengan membentuk hubungan dekat dengan manusia. Tidak mengherankan, suhu favoritnya juga cocok dengan banyak manusia.
Para peneliti menemukan bahwa neuron otak yang menerima informasi tentang panas adalah bagian dari sistem yang lebih luas yang mengatur tidur. Ketika sirkuit panas, yang berjalan paralel dengan sirkuit dingin, mengaktifkan sel target yang mendorong tidur tengah hari bertahan lebih lama. Hal ini menyebabkan peningkatan tidur tengah hari yang membuat lalat menjauh dari bagian terpanas hari itu.
Sirkuit yang berbeda untuk suhu panas versus dingin masuk akal bagi Gallio karena "suhu panas dan dingin dapat memiliki efek yang sangat berbeda pada fisiologi dan perilaku," katanya. Pemisahan ini mungkin juga mencerminkan proses evolusi berdasarkan siklus panas dan dingin Bumi. Misalnya, kemungkinan bahwa pusat otak untuk tidur dapat langsung ditargetkan pada manusia oleh sirkuit sensorik tertentu. Di mana sekarang terbuka untuk diselidiki berdasarkan penelitian ini.
Selanjutnya, tim Gallio berharap untuk mengetahui target umum dari sirkuit dingin dan panas. Ini bertujuan untuk menemukan bagaimana masing-masing dapat memengaruhi tidur.
Baca Juga: Jamur Zombi di Amazon, Menyerang Tubuh Lalat dengan Mengerikan
Baca Juga: Dunia Hewan: Lalat Buah Menyimpan Transfer Gen Bakteri Terbesar
Baca Juga: Jamur Ini Buat Lalat Betina Jadi Zombi dan Menggoda Lalat Jantan
Baca Juga: Scenopinus jerei, Spesies Baru Lalat Jendela Ditemukan di Finlandia
"Kami mengidentifikasi satu neuron yang bisa menjadi tempat integrasi untuk efek suhu panas dan dingin pada tidur dan aktivitas di Drosophila," kata Michael Alpert, penulis pertama makalah dan peneliti pasca-doktoral di lab Gallio. "Ini akan menjadi awal dari studi lanjutan yang menarik."
Gallio menambahkan bahwa tim tertarik untuk melihat efek jangka panjang dari suhu pada perilaku dan fisiologi untuk memahami dampak pemanasan global. Serta melihat bagaimana spesies beradaptasi untuk berubah.
"Orang mungkin memilih untuk tidur siang di hari yang panas, dan di beberapa bagian dunia ini adalah norma budaya. Tetapi apa yang Anda pilih dan apa yang diprogramkan ke dalam diri Anda?" kata Gallio. "Tentu saja, ini bukan budaya pada lalat, jadi sebenarnya mungkin ada mekanisme biologis mendasar yang sangat kuat yang diabaikan pada manusia."
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo