Ilmuwan Mengembangkan Sensor untuk Mendeteksi Nanoplastik di Udara

By Wawan Setiawan, Sabtu, 27 Agustus 2022 | 14:00 WIB
Kita tidak terlindungi dengan lebih baik dari udara penuh nanoplastik di luar ruangan daripada di dalam ruangan. (Erica Cirino/News Click)

Nationalgeographic.co.id - Potongan plastik besar dapat terurai menjadi partikel berukuran nano yang sering kali masuk ke dalam tanah dan air. Mungkin yang kurang terkenal adalah mereka juga bisa melayang di udara.

Tidak jelas bagaimana nanoplastik berdampak pada kesehatan manusia, tetapi penelitian pada hewan menunjukkan bahwa mereka berpotensi berbahaya. Sebagai langkah menuju pemahaman yang lebih baik tentang prevalensi nanoplastik di udara. Para peneliti telah mengembangkan sensor yang mendeteksi partikel-partikel ini dan menentukan jenis, jumlah, serta ukuran plastik menggunakan film titik karbon berwarna-warni.

Para peneliti mempresentasikan hasil mereka ini pada pertemuan musim gugur American Chemical Society (ACS).

"Nanoplastik menjadi perhatian utama jika berada di udara yang Anda hirup, masuk ke paru-paru dan berpotensi menyebabkan masalah kesehatan," kata Raz Jelinek, peneliti utama proyek tersebut. "Detektor sederhana dan murah seperti milik kita dapat memiliki implikasi besar. Suatu hari nanti akan mengingatkan orang akan keberadaan nanoplastik di udara, memungkinkan mereka untuk mengambil tindakan."

Jutaan ton plastik diproduksi dan dibuang setiap tahun. Beberapa bahan plastik perlahan terkikis saat digunakan. Atau setelah dibuang, mencemari lingkungan sekitar dengan partikel berukuran mikro dan nano. Nanoplastik sangat kecil—umumnya lebarnya kurang dari 1 μm (micrometer)—dan ringan sehingga bahkan bisa mengapung di udara. Orang kemudian tanpa sadar menghirupnya.

Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa menelan dan menghirup nanopartikel ini mungkin memiliki efek merusak. Oleh karena itu, dapat membantu untuk mengetahui tingkat polusi nanoplastik di udara dan lingkungan.

Dalam ilustrasi ini, sensor yang mengandung titik karbon merah mendeteksi nanoplastik di udara, yang diwakili oleh bola mengambang. (Nitzan Shauloff)

Sebelumnya, tim peneliti Jelinek di Universitas Ben-Gurion Negev mengembangkan hidung elektronik atau "e-nose" untuk memantau keberadaan bakteri. Melalui cara menyerap dan merasakan kombinasi unik molekul uap gas yang mereka lepaskan. Para peneliti ingin melihat apakah teknologi berbasis titik karbon yang sama ini dapat diadaptasi untuk membuat sensor nanoplastik yang sensitif untuk pemantauan lingkungan berkelanjutan.

“Titik karbon terbentuk ketika bahan awal yang mengandung banyak karbon, seperti gula atau bahan organik lainnya, dipanaskan pada suhu sedang selama beberapa jam,” kata Jelinek. Proses ini bahkan dapat dilakukan dengan menggunakan mikrogelombang konvensional. Selama pemanasan, bahan yang mengandung karbon berkembang menjadi partikel berukuran nanometer yang berwarna-warni dan sering berpendar yang disebut "titik karbon". Dengan mengubah bahan awal, titik-titik karbon dapat memiliki sifat permukaan yang berbeda yang dapat menarik berbagai molekul.

 Baca Juga: Peneliti: Partikel Plastik Memenuhi Perut Hewan Laut Dalam Enam Jam

 Baca Juga: Parasit Berbahaya Buat Manusia Bisa Menumpang Lewat Mikroplastik

 Baca Juga: Terus Bertambah, Jumlah Mikroplastik di Lautan Mencapai 24,4 Triliun