Thalassotitan atrox, Mosasaurus Pemuncak Rantai Makanan Dari Maroko

By Ricky Jenihansen, Senin, 29 Agustus 2022 | 11:00 WIB
Nick Longrich dengan fosil Thalassotitan atrox . (Nick Longrich)

Nationalgeographic.co.id—Para ahli paleontolog telah mengidetifikasi spesies mosasaurus baru bernama Thalassotitan atrox. Mosasaurus ini merupakan pemuncak rantai makanan predator laut di zamannya dan memangsa semua reptil laut lainnya.

Rincian lengkap studi tersebut telah diterbitkan di jurnal Cretaceous Research dengan judul "Thalassotitan atrox, a giant predatory mosasaurid (Squamata) from the Upper Maastrichtian Phosphates of Morocco."

Dijelaskan, Thalassotitan atrox diketahui sebagai spesies mosasaurus yang berenang di lautan Kapur 66 juta tahun yang lalu. Mereka menunjukkan bahwa makhluk laut khusus ini berevolusi untuk mengisi ceruk predator puncak di lautan.

Ceruk tersebut yang sekarang ditempati oleh orca dan hiu putih. Dan mereka terus melakukan diversifikasi dan mengisi relung baru sampai kepunahannya pada akhir periode Kapur.

Mosasaurus adalah anggota Mosasauridae, keluarga kadal yang menjadi sangat terspesialisasi untuk kehidupan laut pada periode Cretaceous atau zaman kapur.

Keragaman mereka mencapai puncaknya pada zaman Maastricht dari Kapur, antara 72 dan 66 juta tahun yang lalu, dengan fauna paling beragam yang diketahui dari Maroko.

Pada akhir Zaman Kapur, makhluk-makhluk ini telah mengalami diversifikasi adaptif, dan menunjukkan berbagai ukuran tubuh, gaya gerakan, dan pola makan. Beberapa berevolusi untuk memakan mangsa kecil seperti ikan dan cumi-cumi. Yang lain menghancurkan amon dan kerang.

Thalassotitan atrox tumbuh hingga 12 meter (40 kaki) dan berada di puncak rantai makanan. (University of Bath)

Makhluk laut ini memiliki tengkorak yang sangat besar dengan panjang 1,4 m atau sekitar 5 kaki dan tumbuh hingga hampir 9 m atau sekitar 30 kaki, seukuran paus pembunuh.

Sementara kebanyakan mosasaurus memiliki rahang yang panjang dan gigi yang ramping untuk menangkap ikan, Thalassotitan atrox memiliki moncong yang pendek dan lebar.

Sedangkan giginya berbentuk kerucut yang besar seperti orca. Ini membuatnya bisa merebut dan merobek mangsa yang besar.

Adaptasi ini menunjukkan Thalassotitan atrox adalah predator puncak, duduk di puncak rantai makanan di zaman itu.

"Thalassotitan atrox adalah hewan yang menakjubkan dan menakutkan," kata ahli paleontologi University of Bath, Nick Longrich dalam rilis University of Bath.

"Bayangkan seekor komodo disilangkan dengan hiu putih besar yang disilangkan dengan dinosaurus T. rex yang disilangkan dengan paus pembunuh."

Sisa-sisa fosil hewan itu ditemukan di lapisan fosfat Oulad Abdoun Basin di Provinsi Khouribga, Maroko.

"Gigi Thalassotitan atrox sering patah dan aus, namun makan ikan tidak akan menghasilkan keausan gigi seperti ini," kata Longrich dan rekan-rekannya.

Thalassotitan adalah ancaman bagi segala sesuatu di lautan - termasuk Thalassotitan lainnya. (University of Bath)

"Sebaliknya, ini menunjukkan bahwa mosasaur raksasa menyerang reptil laut lainnya, memotong, mematahkan, dan menggertakkan giginya saat menggigit tulang dan mencabik-cabiknya."

"Beberapa gigi rusak parah sehingga hampir digerus sampai ke akarnya."

Hebatnya, para ahli paleontologi juga menemukan kemungkinan sisa-sisa korban Thalassotitan atrox. "Fosil dari lapisan yang sama menunjukkan kerusakan akibat asam, dengan gigi dan tulang yang dimakan habis," kata mereka.

   

Baca Juga: Selidik Mosasaurus, Monster Laut yang Berenang dengan Gaya Dada

Baca Juga: Mosasaurus si Penguasa Lautan Saat T. Rex Berkeliaran di Darat

Baca Juga: Temuan Terbaru, Mosasaurus Adalah Monster Laut Terkejam di Era Kapur

    

"Fosil dengan kerusakan aneh ini termasuk ikan predator besar, penyu, kepala plesiosaurus sepanjang 0,5 m (1,6 kaki), dan rahang dan tengkorak dari setidaknya tiga spesies mosasaur yang berbeda."

Peneliti mengatakan, mereka akan dicerna di perut Thalassotitan atrox sebelum mengeluarkan tulang mereka.

Seiring dengan penemuan mosasaurus baru-baru ini dari Maroko, Thalassotitan atrox menunjukkan bahwa mosasaurus tidak mengalami penurunan sebelum dampak asteroid yang mendorong kepunahan massal akhir-Kapur. Sebaliknya, mereka justru berkembang.

"Fosil fosfat Maroko menawarkan jendela tak tertandingi pada paleobiodiversity di akhir Kapur," kata Profesor Nour-Eddine Jalil, ahli paleontologi di Museum of Natural History di Paris.

  

Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo