Membuktikan Diri Sekuat Dewa, Empedokles Lompat ke Kawah Gunung Berapi

By Sysilia Tanhati, Rabu, 31 Agustus 2022 | 17:00 WIB
Sejak zaman kuno, orang percaya bahwa dewa mendiami gunung berapi. Ingin membuktikan dirinya sekuat dewa, Empedokles pun melompat ke kawah gunung Etna. (Ancient Origins)

Nationalgeographic.co.id—Empedokles dari Akragas adalah seorang filsuf Yunani pra-Socrates yang hidup pada abad ke-5 Sebelum Masehi. Ingin membuktikan diri bahwa dirinya sekuat dewa, Empedokles melompat ke kawah Gunung Etna. Orang Yunani kuno percaya bahwa dewa-dewi Yunani menghuni gunung berapi itu. Apakah usahanya berhasil?

Rumah para dewa

Gunung Etna telah ada selama lebih dari dua setengah juta tahun. Dalam rentang waktu yang panjang, gunung berapi ini menjadi bagian tak terpisahkan dari beberapa mitos dan legenda Yunani.

Etna dikatakan sebagai rumah Typhoon, monster raksasa berkepala seratus, dan menyemburkan napas api. Karena Zeus, Typhoon terperangkap di bawah Gunung Etna. “Ia menghabiskan waktu menciptakan letusan gunung berapi untuk melarikan diri,” tutur Cecilia Bogaard di laman Ancient Origins.

Gunung Etna juga merupakan rumah Hephaestus, dewa pengolahan logam Yunani. Oleh orang Romawi, ia dikenal sebagai Vulcan. Hephaestus memiliki bengkel pengerjaan logamnya. Di sinilah ia membuat senjata untuk para dewa Olimpus.

Kematian Empedokles, kisah yang tidak biasa tentang gunung Etna

Di luar alam mitologi, kematian filsuf Yunani Empedokles menjadi salah satu kisah yang tidak biasa tentang Gunung Etna.

Dalam beberapa versi cerita, misalnya karya Diogrenes Laertius, Empedokles menjadi yakin akan statusnya yang seperti dewa. Pasalnya, ia berhasil menyembuhkan seorang wanita bernama Panthea, yang tidak dapat disembuhkan oleh dokter lain. Karena itulah dia menganggap dirinya sebagai seorang dewa.

Untuk membuktikan dirinya seperkasa dewa Olimpus, dia melompat ke kawah gunung berapi Etna dan tidak pernah terlihat lagi.

Gunung berapi sebagai situs pengurbanan

Gunung berapi juga digunakan sebagai situs pengorbanan oleh orang-orang kuno. Percaya bahwa para dewa mendiami gunung berapi, mereka berusaha menenangkan para dewa selama berabad-abad.

Salah satu contohnya adalah gunung berapi Llullaillaco di Argentina, di mana para arkeolog telah menemukan sisa-sisa tiga anak kecil. Pada tahun 1500-an, mereka dibius sebagai bagian dari ritual selama setahun. Ini persiapan untuk dijadikan kurban. Sisa-sisa mumi ditemukan dalam kondisi yang sangat baik pada tahun 1999 di dekat puncak Llullaillaco. Para ahli telah berhipotesis bahwa mereka dikurbankan untuk mencegah letusan gunung berapi lebih lanjut.