Nationalgeographic.co.id—Sudah tidak asing lagi, Mars dikenal sebagai Planet Merah. Mungkin, jawaban mudahnya karena warna karatnya yang terlihat khas. Bahkan, warna planet ini pun dapat kita lihat dengan mata telanjang dari Bumi. Sehingga tidak sedikit yang mengira bahwa itu adalah sebuah bintang merah yang muncul menghiasi langit malam.
Pernah tercacat data dari Google Trends menunjukkan orang-orang penasaran bagaimana planet ini bisa menjadi merah. Bahkan, tren pencarian baru-baru ini mungkin berkaitan dengan teori konspirasi viral di TikTok yang secara salah mengeklaim Mars berwarna merah karena manusia menghancurkan planet ini dalam perang nuklir.
Tentu saja teori itu salah menurut ilmu pengetahuan saat ini. Lalu, apa penjelasannya yang benar? Mars berwarna merah karena cara pembentukannya miliaran tahun yang lalu ketika tata surya masih muda. Ada dua alasan yang menjadi jawaban utama untuk kemerahan Mars, yaitu kondisi permukaan dan atmosfernya.
Mari kita jabarkan satu-persatu.
Permukaan Mars ditutupi oleh partikel oksida besi. Oksida besi adalah senyawa yang sama yang memberikan warna merah pada karat. Mars memiliki begitu banyak oksida besi di permukaannya karena planet ini lebih kecil dan memiliki gravitasi yang lebih lemah daripada Bumi. Ketika planet-planet terbentuk sekitar empat miliar tahun yang lalu, permukaannya akan terbuat dari lautan neraka dari batuan cair dan logam, termasuk oksida besi yang terbentuk secara alami.
Ukuran bumi yang lebih besar dengan gravitasinya yang lebih kuat membuat batuan cair ini berada di bawah tekanan yang lebih tinggi di masa-masa awalnya. Sehingga menghasilkan suhu yang lebih tinggi pula. Ini mengubah oksida besi menjadi cair, dan menyebabkannya tenggelam ke inti planet, menurut yang diyakini oleh para ilmuwan.
Sedangkan untuk Mars, karena ia ukurannya lebih kecil, maka tidak mencapai suhu yang sama seperti Bumi. Oksida besi pun tetap stabil, tidak tenggelam begitu banyak dan akibatnya oksida besi ini tersebar di seluruh planet saat ini.
Penjelasan ini berawal dari penelitian tahun 2004 oleh David Rubie dan rekan-rekannya di University of Bayreuth, Jerman. John Murray, seorang ilmuwan planet di Universitas Terbuka di Milton Keynes, Inggris, mengatakan kepada jurnal Nature pada saat itu: "Saya tidak tahu penjelasan lain untuk kekaratan Mars."
David Rubie dan rekan-rekannya dari University of Bayreuth, Jerman, mengatakan mereka punya jawaban: panas yang hebat di dalam Bumi awal sudah cukup untuk mengubah banyak oksida besi menjadi besi logam cair, yang meresap ke dalam planet untuk membentuk inti cairan besar.
Mars tidak pernah mencapai suhu yang dibutuhkan untuk proses ini hanya karena lebih kecil, kata mereka. Ini meninggalkan lebih banyak oksida besi di lapisan atas planet ini, yang menyebabkan rona cokelat mudanya yang khas dan inti besi yang relatif kecil.
"Model kami menunjukkan bahwa planet-planet bisa terbentuk dari bahan yang sama dan kemudian berevolusi ke komposisi dan struktur internal mereka saat ini," kata Rubie.
Alasan kedua untuk kemerahan Mars adalah atmosfernya. Atmosfer Mars telah dianalisis secara langsung oleh penjelajah Curiosity NASA yang mendarat di Planet Merah pada tahun 2012. Para ilmuwan menemukan bahwa atmosfer Mars di permukaan terdiri dari 95 persen karbon dioksida, 2,6 persen nitrogen, 1,9 persen argon, 0,16 persen oksigen, dan 0,06 persen karbon monoksida.
Atmosfer Mars tampak merah karena begitu banyak debu oksida besi di planet ini yang tertiup angin badai debu besar. Badai debu ini terjadi hampir setiap tahun, dan beberapa di antaranya sangat besar sehingga menutupi area seukuran benua serta dapat berlangsung selama berminggu-minggu. Beberapa, yang lebih jarang, mengelilingi seluruh planet dan menyebabkan robot penjelajah NASA berhenti bekerja.
Alasan lain atmosfer Mars terlihat merah lebih rumit, dan melibatkan cara sinar matahari memantul dari planet ini.
Atmosfer Mars lebih tipis dari Bumi, yang merupakan salah satu alasan mengapa manusia tidak dapat bertahan hidup di sana tanpa pakaian antariksa. Karena atmosfer tipis ini, sinar matahari yang dipantulkan menjauh dari Mars tampak merah karena fenomena yang dikenal sebagai hamburan Rayleigh, atau kekurangannya.
Baca Juga: Pengamatan Pertama Aurora Proton yang Tidak Merata di Planet Mars
Baca Juga: Persiapan Koloni Planet Mars: Ilmuwan Temukan MOXIE Penghasil Oksigen
Baca Juga: Sampel Batu Planet Mars akan Dibawa ke Bumi pada 2033, Apa Pentingnya?
Hamburan Rayleigh terjadi ketika cahaya mengenai partikel yang ukurannya lebih kecil dari panjang gelombang cahaya tersebut, seperti partikel gas di atmosfer bumi. Proses ini cenderung menyebarkan cahaya biru dan merupakan alasan yang sama mengapa langit bumi terlihat biru di siang hari.
Di Mars ada lebih sedikit gas untuk berinteraksi dengan sinar matahari, sehingga hamburan Rayleigh tidak terjadi sebanyak itu. Sebaliknya, di Mars ada proses yang disebut hamburan Mie, di mana sinar matahari mengenai partikel yang kira-kira berukuran sama dengan panjang gelombang cahaya itu, seperti partikel oksida besi.
Proses ini cenderung membelokkan cahaya biru lebih sedikit daripada cahaya merah, menurut penjelasan yang diposting ke StackExchange dan dikutip Eriita Jones dari University of South Australia.