Kunci Sukses Tukang Cuci Romawi: Gunakan Urine sebagai Pemutih Alami

By Sysilia Tanhati, Selasa, 6 September 2022 | 11:00 WIB
Di Romawi, tukang cuci sering dicemooh karena semangatnya dalam mengumpulkan urine. Di sisi lain, masyarakat Romawi tidak bisa hidup tanpa kehadiran tukang cuci. ( Museo Archeologico Nazionale di Napoli)

Nationalgeographic.co.id—Tukang cuci atau fuller di zaman Romawi adalah orang yang mencuci pakaian masyarakat. Selain itu, mereka juga menyelesaikan pengolahan kain yang kemudian dibuat menjadi pakaian atau selimut. Sering dipandang rendah karena tukang cuci Romawi menggunakan urine sebagai detergen. Di sisi lain, tukang cuci termasuk di antara pekerja paling sukses dan bergaji tinggi di Romawi.

Urine dikumpulkan dari toilet umum kemudian seni ke dalam tong dengan pakaian. Budak akan menginjak-injak kain itu, mengaduknya seperti yang dilakukan mesin cuci modern. Proses ini dilakukan untuk menghilangkan noda dan bau.

Profesi ini terus berlanjut, beroperasi dengan cara dan bahan pembersih yang sama, selama ratusan tahun setelah jatuhnya Kekaisaran Romawi. Sampai akhirnya sabun dan detergen menggantikan fungsi urine.

Penatu dan pakaian orang Romawi

Bangsa Romawi kelas atas sangat menyadari bagaimana pakaian mencerminkan status seseorang. Pakaian dipilih untuk menumbuhkan citra publik yang mengesankan. Bahkan pembantu rumah dan pelayan mereka berpakaian bagus.

“Orang Romawi tidak mandi atau mencuci pakaian di rumah,” ungkap Joshua J. Mark di laman World History Encyclopedia. Sebagian besar warga tidak dapat melakukannya bahkan jika mereka mau karena mereka tinggal di gedung apartemen (insula). Insula biasanya gelap, berventilasi buruk, dan, dalam banyak kasus, tidak memiliki air mengalir. Saluran air, yang membawa air ke kota, biasanya mengalirkan air mancur umum, kolam, pusat ekonomi, dan pemandian. Sayangnya, tempat tinggal pribadi tidak termasuk.

Oleh karena itu, setiap orang bebas di kota harus membawa pakaiannya ke tempat khusus untuk dicuci. Selain mencuci, tempat itu juga bisa melakukan pekerjaan lain. Misalnya mewarnai tunik, jubah, dan toga, melipat stola wanita yang sudah menikah, atau membuat pakaian menjadi tahan air.Tempat ini merupakan penatu di zaman kuno.

Proses mencuci baju pelanggan

Tukang cuci secara teratur untuk membersihkan pakaian yang kotor. Prosesnya memiliki tiga langkah yang pada dasarnya sama dengan pencucian saat ini. Bedanya, mereka menggunakan bahan pembersih yang berbeda dengan yang kita gunakan saat ini.

Seorang klien akan membawa pakaian mereka ke fullonica dan memberi instruksi soal apa yang harus dibersihkan. Pemilik penatu sepenuhnya bertanggung jawab atas pakaian-pakaian itu selama dicuci. Jika kehilangan atau merusaknya, dia bertanggung jawab menurut hukum untuk menggantinya, yang bisa jadi cukup mahal.

Meski dipandang rendah, tukang cuci menjalani kehidupan yang nyaman dan memiliki pendapatan yang cukup. Di kota kuno, bisnis ini berkembang pesat. (Wikipedia)

Pakaian klien disimpan dengan baik sehingga tidak tercampur dan keliru diberikan kepada orang lain setelah proses selesai.

Penatu ini beroperasi hampir setiap hari sepanjang tahun kecuali selama festival-festival tertentu. Setelah pakaian diterima maka proses pencucian dimulai.

Mencuci: Tukang cuci akan memasukkan pakaian ke dalam tong yang ditambatkan ke lantai. Kemudian menambahkan air dan urine lalu diinjak-injak dengan kaki telanjang. Berapa lama bagian pencucian berlangsung tidak diketahui.

Pembilasan: Pakaian dikeluarkan dari tong cuci dan diperas dengan tangan dan kemudian dipukul dengan tongkat. Ini dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang tersisa. Setelah itu, pakaian kembali dibilas. Jika noda masih terlihat, proses diulang lagi. Setelah terlihat bersih, pakaian dipindahkan ke area pengeringan.

Pengeringan: Pakaian diperas lagi dengan tangan kemudian disebar di rak di area terbuka untuk dikeringkan. Saat mengering, pakaian disikat untuk menghilangkan serat. Pakaian berwarna putih diletakkan di atas bingkai anyaman di atas belerang yang terbakar guna memutihkannya. Pakaian berwarna digosok dengan bahan alami yang dikenal sebagai fullers' earth. Bahan ini berguna untuk mengembalikan warna, menjaga kualitas kain, dan menghilangkan noda yang tertinggal.

Setelah semua proses selesai, pakaian akan digantung dan diberi nama pemiliknya.

Di fullonicae besar, ada banyak pekerja yang membersihkan, membilas, mengeringkan, dan mewarnai. Namun pada bisnis yang lebih kecil, seorang budak bisa melakukan beberapa proses, sementara pemiliknya menerima pesanan.

Status sosial tukang cuci

Meskipun tukang cuci melakukan pekerjaan penting bagi orang-orang kota, mereka umumnya dipandang rendah. Terutama karena keasyikan mereka berburu urine untuk dijadikan detergen.

Deterjen terpenting yang digunakan dalam proses pencucian adalah urine hewan atau manusia. Bahan ini memiliki kualitas sebagai bahan pemutih alami. Urine dikumpulkan dari urinoar umum.

Baca Juga: Susah Payah Dibawa dari Mesir, Ini Fungsi Obelisk bagi Pemimpin Romawi

Baca Juga: Bagaimana Julius Caesar Mengubah Romawi dan Memengaruhi Dunia Modern?

Baca Juga: Bukti Mengapa Romawi Kuno Dianggap sebagai 'Surga' bagi Orang Cabul

  

Meski dipandang rendah, tukang cuci menjalani kehidupan yang nyaman dan memiliki pendapatan yang cukup. Di kota kuno, bisnis ini berkembang pesat. “Lokasi dan ukuran penatu menunjukkan seberapa sukses seorang fuller,” tambah Mark, Mereka turut berkontribusi pada upaya pembangunan publik dan festival.

Tukang cuci adalah salah satu dari sejumlah pekerjaan penting di Romawi yang dipandang remeh. Di sisi lain, mereka tidak bisa hidup tanpanya. Pekerja sanitasi, misalnya, yang membersihkan jalan dan memelihara selokan, juga dijauhi secara sosial. Namun mereka menjadi bagian penting dari kompleks industri perkotaan, yang tidak dapat berfungsi sebaik tanpa pekerja sanitasi.

Setelah jatuhnya Kekaisaran Romawi Barat, fuller terus beroperasi di Roma seperti sebelumnya. Industri ini tidak hanya bertahan tetapi berkembang selama berabad-abad, bahkan hingga kini.