Pesan biasanya ditempelkan pada malam hari di bawah kegelapan. Maka ketika orang-orang berkumpul di sekitar patung keesokan paginya, mereka dapat membaca catatan dan tertawa sebelum pesan disingkirkan oleh pihak berwenang.
Untuk mengakhiri praktik tersebut, Paus Adrianus VI (1522-1523) mengancam akan melemparkan Pasquino ke sungai Tiber. “Namun ia berubah pikiran karena takut diejek karena menghukum patung,” tambah Patowary.
Usaha untuk menghentikan praktik pemanfaatan patung
Untuk menghentikan praktik itu, Pasquino pun ditempatkan di bawah pengawasan ketat. Konsekuensinya, masyarakat Roma beralih ke patung-patung lain untuk terus menyuarakan kritik pada penguasa.
Patung kolosal dewa sungai di kaki Capitol Hill, bernama Marforio, segera menjadi patung yang berbicara kedua.
Untuk menambah semangat cercaan kepara para paus, kedua patung itu mulai berbicara satu sama lain.
Marforio pernah bertanya, “Pasquino, mengapa minyak menjadi begitu mahal?”.
Pasquino menjawab, “Karena Napoleon membutuhkannya untuk menggoreng republik dan mengurapi raja.”
Baca Juga: Mengapa Patung-Patung Pria Yunani Kuno Memiliki Penis yang Kecil?
Baca Juga: Perisai Zaman Renaisans yang Dijarah Nazi, Akhirnya Pulang ke Rumah