Salah satu teknik tinju Romawi adalah mengulurkan lengan kiri lurus ke depan sebagai penjaga. Sedangkan lengan belakang digunakan untuk kait dan pukulan pendek. Teknik ini membuka tubuh secara signifikan ke samping. Jurus ini berhasil di zaman kuno karena kurangnya pukulan tubuh.
Lengan kiri yang terentang dan lengan kanan yang menyerang dapat ditemukan di banyak vas Yunani sekitar abad ke-4 dan ke-5 Sebelum Masehi. Selain itu, karya seni itu juga menggambarkan luka dan lemparan yang mendarat di kepala. Ini menunjukkan bahwa pukulan tubuh jauh lebih jarang terjadi di dunia kuno. Sebaliknya, pukulan kepala, yang ilegal di zaman modern, sering dilakukan di zaman Yunani dan Romawi kuno.
Pertandingan tinju kuno berakhir ketika salah satu lawan menyerah atau tersingkir. “Menyerah ditandai dengan mengangkat tangan atau jari telunjuk,” Vivonia menambahkan.
Tidak seperti di zaman modern, pertandingan tidak memiliki ronde. Mereka akan terus bertanding sampai salah satu menyerah atau kalah.
Beberapa aturan dan teknik dalam tinju kuno masih diperdebatkan di kalangan peneliti. Beberapa menegaskan tidak ada bentuk ring tinju yang pernah ada. Lukisan pada vas kuno menunjukkan penghalang seperti tangga yang berfungsi untuk membatasi jarak para pesaing.
Tinju, gulat, dan sebagian besar olahraga pertarungan dibagi berdasarkan kelas berat dalam kompetisi modern. Tampaknya praktik ini hampir tidak dikenal di dunia kuno. Pasalnya, pria besar dan kecil yang bertarung sering muncul dalam sastra dan karya seni.
Di masa itu, orang mungkin tidak menemukan kegunaan untuk membagi pesaing berdasarkan berat. Teknik unggul bisa membawa mereka untuk menang melawan pesaing.
Perlengkapan tinju
Ada tiga jenis sarung tinju yang fungsinya berbeda. Jenis pertama dianggap sebagai sarung tangan pelatihan karena memberikan terlalu banyak kenyamanan bagi pemakainya. Dua lainnya dikenal dengan sebutan sharp thong dan light thong. Light thong tipis dan fleksibel, berupa tali kulit mentah yang dilapisi dengan lemak. Light thong ini dililit di tangan dengan berbagai pola. Light thong mirip dengan sarung yang digunakan oleh petinju di zaman modern.
“Sedangkan sharp thong adalah senjata ofensif,” tambah Vivonia. Terbuat dari kulit yang jauh lebih padat dan tebal yang dimaksudkan untuk melukai lawan.
Pada Februari 2018, dua pembungkus tangan ditemukan di Hexham, Northumberland, dekat Tembok Hadrian. Setelah diidentifikasi sebagai sarung tinju kuno, temuan ini menarik perhatian dari sejarawan dan penggemar di seluruh dunia.