Ini menjadi satu-satunya sarung tangan yang diketahui berasal dari Kekaisaran Romawi dan masih dalam kondisi terawetkan dengan baik. Pembungkus itu pas di tangan manusia modern, lengkap dengan “cetakan” buku-buku jari di bagian dalam.
Cedera yang tak terhindarkan
Kekerasan sudah biasa terjadi dalam pertandingan tinju di zaman Romawi. Tidak ada keraguan bahwa tingkat cedera yang terjadi bisa sangat serius.
Baca Juga: Thamugadi, Kota Romawi yang Tersembunyi di Bawah Hamparan Pasir Sahara
Baca Juga: Kunci Sukses Tukang Cuci Romawi: Gunakan Urine sebagai Pemutih Alami
Baca Juga: Tiga Festival Bangsa Romawi Kuno: Ketika Budak Bisa Pakai Baju Tuannya
Memar di kepala, kebocoran atau penggumpalan aliran darah di jaringan tubuh, cedera telinga, patah tulang hidung, gigi copot, dan bahkan kematian sangat mungkin dialami oleh petinju. Tidak sedikit yang mengalami cacat seumur hidup dan tidak dapat disembuhkan oleh teknologi medis dunia kuno.
Olahraga tinju sangat disukai dan dicintai oleh orang Romawi. Maka muncul ketakutan bila anak laki-laki lebih suka bertarung dalam tinju daripada menjadi tentara dan berperang.
Tacitus percaya bahwa peperangan Romawi harus menjadi satu-satunya prioritas di antara generasi mendatang. Dia tidak ingin pelatihan rekreasi membayangi pelatihan militer.
Sejak peradaban Mesopotamia, Yunani kuno, hingga Romawi kuno, olahraga tinju terus disukai dan terus mengalami perubahan.