Mata Robot untuk Mobil Nirawak agar Pejalan Kaki Aman di Jalanan

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 22 September 2022 | 12:00 WIB
Mobil nirawak dengan mata robot yang bisa bergerak. Mobil nirawak ini dibuat dengan kaca depan transparan untuk menunjukkan bahwa tidak ada pengemudinya di dalam untuk eksperimen. (Chang et al./ University of Tokyo)

Igarashi dan tim membuat empat skenario. Dua skenario memberikan mata robot pada mobil, dua lainnya tidak. Mobil nirawak telah memperhatikan pejalan kaki dan berniat untuk berhenti atau tidak memerhatikan, dan akan terus mengemudi. Ketika mobil nirawak dipasangkan mata robot, dia dapat melihat ke arah pejalan kaki yang akan berhenti, atau tetap berjalan.

Eksperimen ini membutuhkan sukarelawan sebagai penyeberang, dan jelas berbahaya, walau ada pengemudi tersembunyi di dalam mobil. Maka tim merekam skenario dengan kamera video 360 derajat. Kemudian 18 peserta bermain lewat eksperimen yang ada di dalam VR.

Para peneliti mencatat semua simulasi kondisi menyeberang. Simulasi termasuk seberapa sering para peserta bisa berhenti untuk bisa menyeberang atau menyeberang di saat seharusnya menunggu.

Empat skenario untuk mencoba mobil nirawak dengan mata robot. Eksperimen ini dimaksudkan untuk keselamatan pengendaraan yang lebih baik di masa depan ketika mobil nirawak makin ramai digunakan. (Chang et al./University of Tokyo)

"Hasilnya menunjukkan perbedaan yang jelas antara jenis kelamin, yang sangat mengejutkan dan tidak terduga," kata Chia-Ming Chang, anggota tim peneliti dari University of Tokyo. "Sementara faktor lain seperti usia dan latar belakang mungkin juga memengaruhi reaksi para peserta, kami percaya ini adalah poin penting.

"Karena, ini menunjukkan bahwa pengguna jalan yang berbeda mungkin memiliki perilaku dan kebutuhan yang berbeda, yang memerlukan cara komunikasi yang berbeda saat kelak mobil mengemudi sendiri."

Dia menjelaskan, peserta pria paling banyak keputusan yang berbahaya, seperti memilih untuk menyeberang ketika mobil tidak berhenti. Sedangkan peserta wanita membuat keputusan yang lebih tidak efisien seperti tidak menyeberang saat mobil hendak berhenti. Akan tetapi, kesalahan-kesalahan ini bisa dikurangi dengan pergerakan mata robot pada mobil nirawak. 

"Kami fokus pada gerakan mata tetapi tidak terlalu memperhatikan desain visual mereka dalam penelitian khusus ini. biaya desain dan konstruksi karena keterbatasan anggaran," jelas Igarashi. "Di masa depan, akan lebih baik jika desainer produk profesional menemukan desain terbaik, tetapi mungkin masih sulit untuk memuaskan semua orang. Saya pribadi menyukainya. Ini agak lucu."

Agar mengetahui sensasi pejalan kaki yang dihadapkan mobil nirawak, mereka punya pandangan perasaan menarik. Beberapa menganggapnya lucu, dan yang lain menyeramkan atau menakutkan.

Bagi peserta pria, ketika mata mereka berpaling (tanpa melihat mobil) rasanya seperti sedang dalam situasi berbahaya. Sementara peserta wanita ketika memandang mobil, merasa lebih aman.

"Beralih dari mengemudi manual ke mengemudi otomatis adalah perubahan besar. Jika mata benar-benar dapat berkontribusi pada keselamatan dan mengurangi kecelakaan lalu lintas, kita harus mempertimbangkan dengan serius untuk menambahkannya," lanjut Igarashi.

"Di masa depan, kami ingin mengembangkan kontrol otomatis dari mata robot yang terhubung ke AI yang mengemudi sendiri (bukannya dikendalikan secara manual), yang dapat mengakomodasi situasi yang berbeda." jelasnya.

"Saya harap penelitian ini mendorong kelompok lain untuk mencoba ide serupa, apa pun yang memfasilitasi interaksi yang lebih baik antara mobil self-driving dan pejalan kaki, yang pada akhirnya menyelamatkan nyawa orang."