Livia Drusilla, Diva Pertama Romawi yang Ambisius dan Manipulatif

By Sysilia Tanhati, Jumat, 23 September 2022 | 16:00 WIB
Livia Drusilla, istri kaisar pertama Romawi Augustus, merupakan diva pertama. Jauh dari kesan glamor, ia dikenal ambisius dan manipulatif. (Wikipedia)

Menurut Dio, ada desas-desus bahwa Livia takut Augustus akan segera membawa cucunya kembali. Karena itu, dia merencanakan kematian kaisar. Dio juga memberikan cerita penuh warna bagaimana Livia meracuni suaminya,

“Ia mengolesi beberapa buah ara yang masih ada di pohon dengan racun. Augustus biasa mengumpulkan buahnya dengan tangannya sendiri,” tulis Dio.

Tiberius, kaisar yang bertentangan dengan sang ibu

Dengan kematian Agrippa Postumus, posisi Tiberius sebagai kaisar pun terjamin. Sebagai ibu dari kaisar baru, Livia sangat berpengaruh. Namun hubungan keduanya tidak baik.

Tacitus mengungkapkan bahwa Tiberius dan Livia memiliki hubungan baik pada tahun-tahun awal pemerintahan. Namun seiring berjalannya waktu, kebencian antara keduanya tidak bisa disembunyikan lagi. Dio, di sisi lain, mencatat bahwa Tiberius membenci Livia sejak awal pemerintahannya.

Meski Livia Drusilla berusaha membuat putranya naik takhta, mereka tidak memiliki hubungan yang baik. (National Archaeological Museum of Spain)

Meskipun Tiberius berusaha menyingkirkan pengaruh ibunya terhadapnya, ia tidak berhasil melakukannya. Satu-satunya hal yang dapat dilakukan Tiberius untuk melepaskan diri dari genggaman ibunya adalah pensiun ke pulau Capri. Menurut Tacitus dan Dio, karena Tiberius tidak tahan lagi dengan ibunya, dia meninggalkan Roma ke Capri.

Pada tahun 22 Masehi, Livia jatuh sakit dan Tiberius bergegas kembali ke Roma untuk berada di sisinya. Livia selamat dari penyakit ini dan hidup selama beberapa tahun lagi. Pada tahun 29 Masehi, Livia jatuh sakit lagi dan meninggal. Kali ini, Tiberius tetap di Capri dan tidak menghadiri pemakaman ibunya.

Livia dinobatkan sebagai diva oleh cucunya

Tiberius tidak berbuat banyak untuk menghormati ibunya setelah kematiannya. “Dia juga tidak membaringkan tubuhnya. Juga tidak membuat pengaturan sama sekali untuk menghormatinya. Ketika Senat berencana untuk mendewakan Livia, tetapi Tiberius melarangnya,” tulis Dio.

Baru pada tahun 42 Masehi pada masa pemerintahan cucunya Claudius, kehormatan Livia dipulihkan. Ia pun dinobatkan sebagai dewi. Sebagai peringatan, koin dicetak menggambarkan Diva Augusta (Augusta Ilahi).

Livia Drusilla dianggap sebagai istri dan ibu yang manipulatif dan ambisius

Jika para sejarawan kuno dapat dipercaya, Livia Drusilla adalah individu manipulatif yang menempatkan putranya Tiberius di atas takhta. Untuk mencapai tujuannya, sang diva melenyapkan semua saingan putranya. Terlepas dari semua yang telah dia lakukan untuknya, sifat dominan Livia akhirnya mengasingkannya dari putranya.

Selain Augustus, semua kaisar dari dinasti ini adalah keturunannya—Tiberius adalah putranya; Caligula, cicitnya; Claudius, cucunya; dan Nero, cicitnya.

Teladan bagi para wanita Romawi

Pembunuhan Julius Caesar membuat Oktavianus tidak ingin tampil menonjol. Menurutnya, untuk menghindari pembunuhan, ia tidak boleh menjadi bintang seperti Caesar. Livia pun mengikuti jejak sang suami dan memainkan peranannya dengan baik.

Terlepas dari catatan sejarah tentangnya, Livia Drusilla menjadi teladan bagi wanita Romawi. Mungkin berkat pengaruhnya, pemerintahan Augustus berlangsung damai. (Louvre Museum )

Ia membuat sendiri pakaiannya dan tidak mengenakan perhiasan mewah. Dengan setia, Livia mengerjakan tugas-tugas rumah tangga dan mendidik anak-anaknya. Livia menjadi penasihat kepercayaan suaminya.

Melihat kesetiaan sang permaisuri, Livia diberi kebebasan mengatur keuangannya, sesuatu yang sangat jarang dilakukan oleh wanita Romawi. Patung-patung untuk menghormati Livia pun dibuat.

Terlepas dari catatan sejarah tentangnya, bagi orang Romawi, Livia Drusilla dipandang sebagai diva teladan kecerdasan, kecantikan, dan martabat.