Mimpi Buruk Dapat Memprediksi Penurunan Kognitif dan Demensia

By Ricky Jenihansen, Jumat, 23 September 2022 | 13:00 WIB
Ilustrasi mimpi buruk (Searchlight Pictures)

Nationalgeographic.co.id—Studi baru dari University of Birmingham menemukan bahwa mimpi buruk dapat memprediksi penurunan kognitif dan demensia. Paruh baya yang mengalami mimpi buruk mungkin mengalami penurunan kognitif yang dipercepat dan berisiko lebih tinggi terkena demensia.

Laporan penelitian tersebut telah dipublikasikan di jurnal eClinicalMedicine yang merupakan jurnal akses terbuka. Makalah tersebut bisa didapatkan secara daring dengan judul "Distressing dreams, cognitive decline, and risk of dementia: A prospective study of three population-based cohorts."

Menurut penelitian ini, mimpi buruk atau mimpi yang menyedihkan sering terjadi pada populasi umum. Sekitar 5 persen orang dewasa atau paruh baya mengalami mimpi buruk setiap minggu, dengan 12-40 persen lebih lanjut mengalaminya setiap bulan.

Persentase ini kemungkinan bahkan lebih tinggi ketika mempertimbangkan mimpi menyedihkan di samping mimpi buruk.

Mengingat di mana-mana mimpi menyedihkan dan mimpi buruk pada populasi orang dewasa, mengejutkan bahwa signifikansi klinisnya sebagian besar masih belum diketahui.

Mimpi menyedihkan di sini mengacu pada seseorang yang mengalami mimpi yang menyusahkan atau menyedihkan tapi tidak sampai membangunkan mereka dari tidur. Sedangkan mimpi buruk merupakan mimpi yang mengandung gambar dengan begitu jelas.

Mimpi-mimpi seperti saat diserang atau dikejar yang melibatkan ancaman bagi kelangsungan hidup atau keselamatan termasuk mimpi buruk.

"Kami telah menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa mimpi menyedihkan, atau mimpi buruk, dapat dikaitkan dengan risiko demensia dan penurunan kognitif di antara orang dewasa yang sehat dalam populasi umum,” kata penulis studi Abidemi Otaiku, dilansir Sci-News.

Otaiku adalah seorang peneliti di Center for Human Brain, Departemen Kesehatan di University of Birmingham dan Departemen Neurologi di Rumah Sakit Kota Birmingham.

"Ini penting karena hanya ada sedikit indikator risiko demensia yang dapat diidentifikasi sejak usia paruh baya."

Mimpi buruk dapat memprediksi penurunan kognitif. (Phoenixns/Getty Images/iStockphoto)

"Sementara lebih banyak pekerjaan yang perlu dilakukan untuk mengonfirmasi hubungan ini, kami percaya mimpi buruk bisa menjadi cara yang berguna untuk mengidentifikasi individu yang berisiko tinggi terkena demensia, dan menerapkan strategi untuk memperlambat timbulnya penyakit."

Dalam studi tersebut, Otaiku memeriksa data dari tiga kohort berbasis komunitas di Amerika Serikat. Ini termasuk lebih dari 600 pria dan wanita dewasa berusia antara 35 dan 64 tahun; dan 2.600 orang dewasa berusia 79 tahun ke atas.

 Baca Juga: Ponsel Bikin Orang Malas dan Pelupa? Temuan Baru Justru Sebaliknya

 Baca Juga: Hasil Studi: Teknologi Kecerdasan Buatan (AI) Mampu Deteksi Demensia

 Baca Juga: Hindari Demensia di Usia Muda, Lakukan Kebiasaan Berikut Ini

Semua peserta bebas demensia pada awal penelitian dan ditindaklanjuti selama rata-rata sembilan tahun untuk kelompok yang lebih muda dan lima tahun untuk peserta yang lebih tua.

Studi ini mulai mengumpulkan data antara tahun 2002 dan 2012. Peserta menyelesaikan berbagai kuesioner, termasuk Pittsburgh Sleep Quality Index, yang mencakup pertanyaan tentang seberapa sering individu mengalami mimpi buruk.

Data ini dianalisis menggunakan perangkat lunak statistik untuk mengetahui apakah peserta dengan frekuensi mimpi buruk yang lebih tinggi lebih mungkin mengalami penurunan kognitif dan didiagnosis menderita demensia.

Otaiku menemukan bahwa orang dewasa yang lebih tua atau paruh baya, yakni orang dewasa dengan rentang usia 35-64 tahun yang mengalami mimpi buruk setiap minggu dengan intensitas empat kali, lebih mungkin mengalami penurunan kognitif selama dekade berikutnya.

Sementara orang tua paruh baya dua kali lebih mungkin didiagnosis menderita demensia. Kemudian, menariknya, dia menemukan bahwa asosiasi itu jauh lebih kuat untuk pria daripada wanita.

Misalnya, pria yang lebih tua yang mengalami mimpi buruk setiap minggu lima kali lebih mungkin mengembangkan demensia daripada pria yang lebih tua yang tidak mengalami mimpi buruk. Namun, pada wanita, peningkatan risiko hanya 41 persen.

"Temuan ini dapat membantu mengidentifikasi individu yang berisiko demensia dan dapat memfasilitasi strategi pencegahan dini," kata Otaiku.