Bagi Orang Yunani Kuno, Tarian adalah Hadiah Terbaik dari Para Dewa

By Sysilia Tanhati, Minggu, 25 September 2022 | 15:00 WIB
Tarian adalah cara untuk mengekspresikan emosi, bercerita, dan berkomunikasi. Bagi orang Yunani kuno, tarian adalah hadiah terbaik dari para dewa yang diberikan secara khusus. (Elihu Vedde)

Orang Yunani kuno menganggap tarian sebagai hadiah dari para dewa kepada manusia. Ini juga menjadi sarana untuk berkomunikasi dengan dewa. Segala kecemasan dapat diatasi lewat agama yang diwujudkan dengan himne dan tarian pemujaan.

Melalui tarianlah manusia dihormati, dipuji, dan dihibur. Rasa syukur pun disampaikan kepada dewa lewat tarian.

 Baca Juga: Ngeri, Hippokrates Gunakan Besi Panas untuk Obati Wasir di Yunani Kuno

 Baca Juga: Tiresias: Kisah Peramal Buta Yang Menginspirasi Seniman dan Akademisi

 Baca Juga: Dewa Anggur Dionisos, Mitologi Yunani atau Diadopsi dari Tradisi Lain?

“Di Yunani kuno, tarian diyakini sebagai kesempatan bagi kehendak dewa untuk campur tangan masalah manusia,” tulis Lykesas Georgios di Mediterranean Journal of Social Sciences.

Sebagian besar anak-anak diajari menari dan memainkan alat musik, meskipun hanya perempuan yang menari saat dewasa.

Musik untuk mengiringi tarian

Dipercaya secara luas bahwa musik memiliki berbagai kekuatan magis. Ini dapat menginspirasi cinta, menenangkan orang yang marah, dan menjinakkan hewan liar. Ada lagu-lagu untuk acara publik dan pribadi. Ini termasuk lagu kerja, lagu untuk hiburan teater, lagu religi, lagu yang dinyanyikan oleh tentara yang pergi berperang, lagu pernikahan, lagu pemakaman, lagu cinta, lagu minum, dan lagu yang bisa dinyanyikan di pesta.

Namun sayangnya, kita tidak mengetahui bagaimana nada-nadanya karena sangat sedikit dari lagu-lagu itu yang pernah ditulis.

Pada beberapa kesempatan, tarian Yunani kuno bisa sangat provokatif. Sejarah teater Yunani dimulai dengan festival yang diadakan untuk menghormati dewa-dewa. Dewa Dionysus, dihormati dengan festival yang disebut "Kota Dionysia".

Pada zaman Solon, orang sering terlihat berkeliaran di jalan-jalan selama festival Dionysus sang dewa anggur. Menariknya, orang-orang sangat terhibur dengan lagu dan tarian kasar sehingga orang Yunani kuno menciptakan teater.

Para ilmuwan mempelajari tarian Yunani kuno dan mencoba untuk menciptakan kembali gerakan berdasarkan citra yang ditemukan pada tembikar. Namun ini adalah tugas yang sulit.

Ada masalah besar dalam berpindah dari teks atau gambar statis ke gerakan. Sebuah gambar hanya memiliki nilai sebagai dokumen sejarah jika disertai dengan kata-kata atau interpretasi. Dari sudut pandang formal, tarian Yunani adalah seni yang hilang dan akan tetap ada selama tidak ada bukti baru dan berbeda secara radikal.

Tidak sekedar jadi sarana berekspresi, bagi orang Yunani, tarian jadi hadiah terbaik dari para dewa yang mereka hormati.