Angsa Dihormati dan Anjing Dihukum di Zaman Romawi, Ini Sebabnya

By Sysilia Tanhati, Kamis, 29 September 2022 | 11:00 WIB
Angsa dihormati dan anjing diberi hukuman di zaman Romawi. Semuanya berawal dari konflik bangsa Romawi dengan Galia. (Walters Art Museum & Capitoline Museums)

Nationalgeographic.co.id - Anjing dikenal sebagai sahabat manusia. Namun sebaliknya, angsa dihormati dan anjing diberi hukuman di zaman Romawi. Apa sebabnya? Semuanya berawal dari konflik bangsa Romawi dengan Galia.

Supplicia canum, ritual mengerikan untuk menghukum anjing

Pada hari musim panas yang hangat di bulan Agustus di Romawi kuno, tandu dihias dengan indah dibawa menuju Circus Maximus. Biasanya, yang mendapat kehormatan duduk di tandu ini adalah para bangsawan. Namun alih-alih bangsawan, tandu itu diisi oleh angsa. Angsa tersebut duduk di atas bantal ungu yang mewah. Mereka dibawa ke Circus Maximus untuk menyaksikan peristiwa penyaliban anjing.

Ritual mengerikan ini, supplicia canum (hukuman anjing) dirayakan untuk memperingati episode traumatis dalam sejarah Romawi yaitu perampasan kota oleh Galia pada 390 Sebelum Masehi.

“Supplicia canum berfungsi sebagai peringatan bagi anjing agar tidak tertidur dalam tugas jaga,” tutur Kaushik Patowary di laman Amusing Planet. Dalam prosesi yang sama, angsa-angsa dihias dengan emas dan ungu. Unggas tersebut dibawa sebagai penghormatan untuk mengenang para pembela terakhir kota agar tidak jatuh ke tangan Galia.

Konflik Romawi dan Galia

Konflik antara Romawi dan Galia dimulai oleh insiden yang tidak menguntungkan. Senones, salah satu dari banyak suku Galia, menyeberangi Pegunungan Alpen ke Italia untuk menjadi tentara bayaran. Ketika Senones muncul, membuat penduduk kota Etruscan Clusium terancam dan ketakutan. Mereka pun meminta dukungan Romawi untuk bernegosiasi dengan Senones.

Bangsa Romawi mengirim perwakilannya ke Clusium. Di tengah pertarungan, salah satu dari mereka membunuh seorang kepala suku Galia. Ini pun langsung memicu perang antara Senones dan Romawi.

Sebagai syarat perdamaian, Galia menuntut agar pelaku pembunuhan diserahkan kepada mereka. Akan tetapi dia berasal dari garis keturunan yang penting, keluarga Fabia yang kuat, tuntutan itu ditolak oleh Romawi.

Sebagai tanggapan, pasukan yang dipimpin oleh kepala suku Senones Brennus berangkat ke Roma. Pasukan Romawi mencoba menghadapi mereka di tepi sungai Allia, tetapi mengalami kekalahan yang memaksa mereka untuk buru-buru mundur. Sebagian besar tentara melarikan diri ke kota Veii, bukan Roma. Situasi ini membuat penduduk Roma putus asa. Warga Roma mengira bahwa seluruh pasukan telah tewas dan tidak ada kemungkinan perlawanan.

Para pemimpin kota memerintahkan agar makanan, emas, perak, dan harta dibawa ke Bukit Capitoline, yang kemudian dibentengi. Senones mendobrak gerbang kota dan menjarah kota selama berhari-hari. “Meski demikian, mereka tidak dapat merebut Bukit Capitoline,” Patowary menambahkan.

 Baca Juga: Singkap Petualangan dan Ekspedisi Pengiriman Uang ala Romawi

 Baca Juga: Mengulik Perjudian di Zaman Yunani Kuno, Romawi, dan Tiongkok Kuno

 Baca Juga: Tujuh Hal yang Mungkin Belum Anda Ketahui soal Kaisar Romawi Caligula

Orang-orang Romawi yang telah melarikan diri ke Veii, berkumpul kembali dan memutuskan untuk membebaskan pengepungan Bukit Capitoline. Cominius Pontius dikirim sebagai utusan ke Bukit Capitoline untuk memberi tahu mereka yang terkepung tentang rencana itu. Saat itu, pasukan di Veii menunggu waktu untuk menyerang.

Pontius berenang menyeberangi Sungai Tiber dan naik ke tebing yang sulit didaki. Setelah memberikan pesannya, dia kembali ke Veii. Galia memperhatikan jejak yang ditinggalkan oleh Pontius dan memutuskan untuk menembus benteng melalui rute yang sama.

Malam itu orang Galia diam-diam mendaki bukit untuk serangan terakhir. Para penjaga dan anjing-anjing yang seharusnya menjaga malah tertidur.

Apakah orang Galia itu berhasil? alih-alih berhasil menerobos, para penyerbu bertemu dengan penjaga yang tidak terduga. Mereka adalah angsa-angsa yang disimpan di dekat kuil Juno untuk melayani dewi. Takut oleh penyusup, angsa membuat keributan besar. Keributan yang ditimbulkan oleh angsa memberi peringatan kepada orang-orang Romawi. Berkat unggas-unggas itu, pasukan Romawi pun mampu melawan.

Angsa itu pun dipuja-puja sebagai pahlawan Roma sementara penjaga malam dan anjing penjaga dihukum.

Untuk mengenang peristiwa itu, supplicia canum diselenggarakan sebagai ritual penebusan di mana anjing-anjing Capitol dikorbankan karena kegagalan pendahulunya. Ritual ini dilakukan di hadapan angsa suci.

Sumber berbeda pada tanggal ritual, tetapi umumnya diadakan pada 18 Juli atau 3 Agustus. Hanya karena tertidur dan tidak berjaga, anjing-anjing Romawi pun mengalami nasib buruk selama ratusan tahun. Mereka terus dihukum selama ritual dan angsa-angsa dipuja sebagai pahlawan kota.