Nationalgeographic.co.id—Kabar terbaru dari dunia hewan, sepasang kaki milik spesies burung terbesar yang pernah hidup di bumi telah ditemukan di situs fosil pedalaman di Australia tengah. Menariknya, mungkin ada lebih banyak sisa-sisa fosil yang terkubur di dekatnya, menunggu untuk digali dan ditemukan.
Seorang ahli paleontologi menyebut spesies pemilik sepasang kaki raksasa ini sebagai hasil "eksperimen evolusioner ekstrem". Spesies ini adalah burung thunderbird Stirton yang bermana ilmiah Dromornis stirtoni.
Sejumlah model telah dibuat untuk mencoba menggambarkan kisaran ukuran sebenarnya dari spesies Dromornis. Temuan fosil sepasang kaki raksasa ini telah menambah data yang penting.
Para peneliti menjabarkan bawah burung ini punya ciri-ciri anatomi yang aneh. Paruhnya yang besar menjorok dari tengkoraknya yang berukuran kecil. Badannya setinggi 3 meter dan beratnya mencapai setengah ton.
Hewan ini hidup 8 juta tahun lalu dan tak bisa terbang. Yang menarik, unggas purba raksasa ini sebenarnya terkait dengan unggas modern, seperti ayam dan bebek.
Temuan fosil sepasang kaki thunderbird ini adalah untuk pertama kalinya sisa-sisa burung ini ditemukan dan dalam kondisi terartikulasi atau jelas. Temuan ini kurang lebih menjelaskan bagaimana spesies ini dulu pernah hidup di bumi.
"Artinya, bangkai itu utuh saat terkubur," ujar Adam Yates, ahli paleontologi dan kurator ilmu bumi di Museum and Art Gallery of the Northern Territory, seperti diberitakan ScienceAlert.
"Kami hanya mendapatkan kaki-kaki bagian bawah karena itu sejauh yang kami gali. Ada setiap harapan bahwa sebagian besar sisa kerangka -jika bukan seluruh kerangka- mungkin tergeletak di penggalian berikutnya saat kami menggali lebih jauh ke dalam gundukan tempat kaki-kakinya itu berasal."
Fosil sepasang kaki raksasa ini ditemukan di Alcoota Reserve, situs fosil padat 190 kilometer timur laut Alice Springs yang menampilkan salah satu konsentrasi terbesar dari sisa-sisa vertebrata darat di Australia. Meski lokasi ini telah menghasilkan ribuan spesimen fosil sejak penggalian dimulai di sana pada tahun 1986, kebanyakan dari mereka adalah fragmen campur aduk dari spesies-spesies yang berbeda karena air banjir bersejarah telah mencampurkan sisa-sisa fosil tersebut.
Jadi, sebagian besar fosil Alcoota memerlukan penyortiran yang cermat ke dalam masing-masing spesies dan rekonstruksi yang melibatkan bagian-bagian dari beberapa individu hewan tersebut. Rekonstruksi komposit semacam itu tentu saja melibatkan tingkat pemikiran kreatif yang menimbulkan kesalahan sesekali.
Baca Juga: Dunia Hewan: Mengapa Burung Flamingo Berdiri dengan Satu Kaki?