Baca Juga: Dunia Hewan: Penemuan Spesies Baru Burung di Pulau Terisolasi
Baca Juga: Dunia Hewan: Bangau Raksasa Terbang di Pulau Manusia Hobbit Indonesia
"Bahkan jika Anda mendapatkan semua spesies dengan benar -Anda menggabungkan tulang yang tepat dengan spesies yang tepat- Anda masih akan memiliki kesalahan proporsional karena tentu saja ada variasi alami antara individu," jelas Yates.
Temuan sepasang kaki baru ini merupakan penemuan yang menarik karena dapat memberikan para peneliti ide yang jauh lebih akurat tentang proporsi sebenarnya dari hewan-hewan ini. Ini juga akan membantu ahli paleontologi dengan lebih baik mengidentifikasi lebih banyak tulang D. stirtoni dari fosil campur aduk lainnya di Alcoota.
Dilihat dari ukuran tulang sepasang kaki yang baru ditemukan, para peneliti menduga sisa-sisa itu milik D. stirtoni betina. Para peneliti memberi nama thunderbird betina itu sebagai Deb. Mereka berniat untuk melakukan tes histologi untuk mengkonfirmasi dugaan mereka.
Sejauh ini, jejak thunderbird hanya pernah ditemukan di Australia, sejak Miosen akhir. Burung gendut tidak masuk akal dengan sayap kecil gemuk ini tidak memiliki tulang dada khusus yang diandalkan burung-burung lain untuk perlekatan otot terbang mereka yang besar. Mereka mengintai hutan kering dan kemungkinan menggunakan paruh besar mereka untuk melahap buah dan tumbuh-tumbuhan lainnya.
Herbivora lain yang ditemukan di Alcoota yang berasal dari periode waktu yang sama dengan thunderbird adalah hewan berkantung seperti walabi dan kerabat wombat seukuran sapi purba.
Temuan ini menunjukkan D. stirtoni adalah penjelajah tinggi ekosistem kering ini, mirip dengan unta saat ini. Mereka menggunakan ketinggian tubuhnnya untuk mencapai vegetasi di luar jangkauan herbivora yang lebih kecil, jelas Yates.
Catatan fosil menunjukkan bahwa burung epik ini dan kerabatnya ada selama rentang waktu 25 juta tahun yang luar biasa. Tetapi pada akhir zaman Miosen, Australia mengering. Perubahan ini mungkin terlalu cepat bagi D. stirtoni untuk beradaptasi.